Sejarah Kode Plat Nomor di Indonesia, Ternyata Warisan Kolonial Belanda

oleh 163 Dilihat
oleh
(Dalam kota- besar di Hindia- Belanda banjak dipergoenakan perkakas „Stop-Vnj ' sebagi gambar ini dl tempat-perapatan, dengan ini pada pengemoedi-kendaraan dapat ditoendjoekkan apakah mareka itoe haroes brenti atau boleh djalan teroes.)

Plat Nomor Bukan Sekadar Identitas

Saat kita melihat deretan huruf dan angka di plat nomor kendaraan, mungkin kita hanya berpikir soal identitas resmi kendaraan. Namun siapa sangka, sistem plat nomor yang kita gunakan hari ini sebenarnya merupakan warisan kolonial Belanda yang sudah berlaku hampir satu abad lalu.

Data Kendaraan Bermotor di Hindia Belanda (1933)

Arsip koran Belanda De Locomotief edisi 24 Agustus 1933 mencatat statistik kendaraan bermotor di Hindia Belanda. Pada akhir Mei 1933 jumlah kendaraan bermotor resmi tercatat 106.005 unit. Namun pada bulan Juni jumlah itu berkurang 1.163 unit, sehingga total di akhir Juni 1933 adalah 104.842 unit. Angka ini sangat besar untuk ukuran zaman itu, meskipun kecil jika dibandingkan dengan puluhan juta kendaraan yang kini memenuhi jalanan Indonesia.

Kode Huruf Plat Nomor di Jawa Tengah dan Sekitarnya

Dalam arsip tersebut, setiap wilayah memiliki kode huruf untuk plat nomor. Berikut sebagian datanya di Jawa Tengah dan sekitarnya:

Statistik Kendaraan Bermotor di Jawa Tengah & Sekitarnya (1933)

Catatan:

  • Angka di atas merupakan bagian dari total 104.842 kendaraan bermotor di seluruh Hindia Belanda per Juni 1933.

  • Kode Z (Probolinggo) diganti menjadi N mulai 1 September 1933, dan masih bertahan hingga sekarang untuk Malang, Pasuruan, Probolinggo, hingga Batu.

Dari tabel di atas terlihat bahwa:

  • Semarang (H) menjadi wilayah dengan jumlah kendaraan terbanyak, yaitu 5.245 unit. Hal ini wajar karena Semarang kala itu adalah pusat perdagangan dan pelabuhan utama di Jawa Tengah.

  • Posisi kedua ditempati Kediri (AG) dengan 3.815 unit, menunjukkan kawasan Jawa Timur bagian barat juga cukup padat kendaraan.

  • Disusul oleh Jogjakarta (AB) dengan 2.209 unit dan Soerakarta (AD) dengan 2.095 unit, dua kota budaya yang juga berkembang sebagai pusat aktivitas ekonomi dan pemerintahan lokal.

  • Wilayah dengan jumlah kendaraan paling sedikit adalah Banjoemas (R) dengan hanya 853 unit, menunjukkan masih terbatasnya penetrasi kendaraan bermotor di daerah pedalaman Jawa bagian barat daya.

  • Sementara Bodjonegoro (S) tidak menyetor data pada laporan tersebut, sehingga jumlah kendaraannya tidak diketahui.

Baca Juga :   Lambang Kota: Dari Soerabaia ke Surabaya

Dari pola ini terlihat jelas bahwa kota-kota pelabuhan dan pusat pemerintahan memiliki konsentrasi kendaraan lebih tinggi dibanding wilayah pedalaman atau agraris.

Perubahan Kode Plat Nomor Sejak Zaman Kolonial

Menariknya, perubahan kode plat nomor juga sudah terjadi sejak dulu. Sama seperti Probolinggo, wilayah-wilayah lain di Hindia Belanda juga punya kode khas yang sebagian besar bertahan hingga kini.

Dari Hindia Belanda ke Indonesia Modern

Sistem kode huruf plat nomor ini terbukti berumur panjang. Sampai hari ini, Indonesia masih mempertahankan model serupa: B untuk Jakarta, D untuk Bandung, L untuk Surabaya, AB untuk Yogyakarta, N untuk Malang, dan seterusnya. Bedanya, dulu jumlah kendaraan hanya ratusan ribu, sementara kini sudah menjelma menjadi puluhan juta.

Plat Nomor sebagai Artefak Sejarah

Plat nomor dengan demikian bukan hanya tanda identitas kendaraan di jalan raya, tapi juga sebuah artefak sejarah kecil. Setiap huruf di depannya menyimpan jejak panjang administrasi kolonial yang masih hidup hingga kini—sebuah bukti bagaimana masa lalu dan masa kini bisa bertemu di jalan raya Indonesia.

Penulis : Syafik

Sumber : De Locomotief edisi 24 Agustus 1933