damarinfo.com – Pemuda yang Dicintai Rasulullah ﷺ. Sa’ad bin Abi Waqqash adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Ia masuk Islam di usia muda, ketika baru berumur 17 tahun. Keislamannya membuatnya harus menghadapi banyak ujian, termasuk dari keluarganya sendiri.
Sebagaimana disebutkan dalam “Sirah Ibnu Hisyam”, ibunya sangat marah ketika mengetahui putranya memeluk Islam. Sang ibu berkata, “Aku tidak akan makan dan minum sampai engkau meninggalkan agamamu!” Namun, Sa’ad tetap teguh. Setelah berhari-hari, ia berkata kepada ibunya, “Wahai Ibu, andai engkau memiliki seratus nyawa dan semuanya pergi satu per satu, aku tetap tidak akan meninggalkan agama ini!”
Keteguhan imannya membuatnya menjadi salah satu sahabat yang paling dicintai oleh Rasulullah ﷺ.
Pemanah Pertama dalam Islam
Dalam Perang Badar, kaum Muslimin harus menghadapi pasukan Quraisy yang jauh lebih besar. Rasulullah ﷺ membutuhkan seseorang yang mahir dalam memanah. Saat itulah Sa’ad bin Abi Waqqash maju sebagai pemanah pertama dalam Islam.
Dalam “Kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah”, disebutkan bahwa Sa’ad memanah musuh dengan sangat akurat, hingga membuat pasukan Quraisy panik. Rasulullah ﷺ bahkan berdoa untuknya, “Ya Allah, kuatkanlah panahnya dan kabulkanlah doanya!”.
Jenderal Islam di Perang Qadisiyyah
Di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, Sa’ad dipercaya menjadi panglima dalam Perang Qadisiyyah, pertempuran besar antara Muslimin dan Kekaisaran Persia.
Dalam “Kitab Tarikh At-Tabari”, diceritakan bahwa pasukan Islam harus menghadapi pasukan Persia yang dipimpin oleh Rostam, seorang jenderal besar. Meskipun jumlah Muslim jauh lebih sedikit, Sa’ad mengatur strategi dengan cermat. Dengan kepemimpinannya yang tenang dan berani, kaum Muslimin akhirnya memenangkan perang, dan Kekaisaran Persia mulai runtuh.
Kesederhanaan Seorang Panglima
Meskipun memiliki kedudukan tinggi, Sa’ad tetap hidup sederhana. Dalam “Kitab Hilyatul Auliya”, disebutkan bahwa setelah kemenangannya di Persia, ia tidak mengambil harta rampasan perang untuk dirinya sendiri. Ia berkata, “Aku berperang bukan untuk dunia, tetapi untuk agama Allah.”
Ketika ditawari jabatan tinggi, ia justru memilih untuk hidup tenang di sebuah desa di luar Madinah. Hingga akhir hayatnya, ia tetap dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan bertakwa.
Pelajaran dari Kisah Sa’ad bin Abi Waqqash
- Keteguhan dalam iman. Meskipun diancam oleh ibunya, ia tetap teguh dalam Islam.
- Keberanian dalam jihad. Sebagai pemanah pertama Islam, ia selalu berada di garis depan dalam pertempuran.
- Kesederhanaan meskipun memiliki kekuasaan. Setelah menjadi jenderal besar, ia tetap memilih hidup sederhana.
Sa’ad bin Abi Waqqash adalah contoh nyata dari seorang Muslim yang teguh, pemberani, dan amanah.
Penulis : Syafik