Bojonegoro, damarinfo.com- Tarian Sufi atau tarian yang berputar-putar ini dianggap penuh makna karena sebagai bagian dari meditasi diri. Tarian berasal dari Turki ini juga dikenal dengan sebutan whirling dervishes.
Karena bagian dari meditasi, jadi gak heran para penari sufi bisa berputar-putar dalam waktu yang lama tanpa harus merasa pusing. Tarian tersebut diciptakan oleh Jalaludin Rumi seoerang ulama sufi yang lahir pada tahun 1207 M, untuk mengekspresikan rasa cinta dan kehilangan atas meninggalnya guru spiritualnya sekaligus kawanya akrabnya yang bernama Syamsudin At Tabriz.
Tidak hanya dalam bentuk tarian, Rumi-begitu biasa beliau disebut- juga mengubah musik dan syar’i untuk mengenang sahabatnya itu. Pertemuan dengan pria yang akrab dipanggil Syam pada tahun 1244 M ini menjadi salah satu moment titik balik kehiduapan Jalaludin Rumi.
Jalaludin Rumi yang lahir dari Ayah bernama Bahauddin Walad dan Ibu Ghowar Khatum di Balkh (Sekarang Afganishtan), belajar Tasawuf dari Syekh Burhanuddin al-Muhaqqiq al-Tirmidhi saat keluarga Rumi pindah ke kota Konya,Turki pada tahun 1232.

Rumi menjadikan Cinta sebagai tema sentral dalam hubungan antara seorang dengan Tuhanya. Rumi sendiri membagi cinta menjadi dua bentuk. Pertama cinta imitasi (Isyq majazi) yakni cinta kepada lawan jenis dan semua mahluk selain Tuhan. Yang kedua Cinta Sejati (Isyq Haqiqi) yakni cinta kedap Tuhan.
Cinta Imitasi bersifat semu, sementara dan menorehkan kekecewaan bagi siapa saja yang mendekapnya. Sementara Cinta Sejati bersifat hakiki, abadi, dan membuahkan kebahagiaan bagi siapa pun yang mereguknya.
Dalam kajian Rumi, karena Tuhanlah satu-satunya keindahan sejati dan semua bentuk keindahan lain di alam semesta hanya merupakan pantulan secercah keindahan-Nya. Maka ketika banyak manusia melabuhkan cinta mereka kepada berbagai bentuk keindahan lain, sesungguhnya mereka mencintai Wajah Tuhan, namun mereka telah keliru dalam melabuhkan perasaan cinta mereka. Dalam Fihi Ma Fihi, Rumi telah menyingkap rahasia cinta tersebut dengan anggun.
Jalaludin Rumi meninggal pada tanggal 17 Desember 1273 di Kota Konya Turki dan dimakamkan disamping makam ayahnya. Sebagai bentuk penghargaan kepada Jalaludin Rumi dibangunlah sebuah makam Maoseleoum bernama Melvana. Di dalam Maoseleoum tersebut terdapat aula untuk menari dan lainya. Hingga saat ini makam Jalaludin Rumi ramai dikunjungi oleh para peziarah dari seluruh dunia.
Penulis : Syafik
Editor : Sujatmiko
Sumber : https://www.thefamouspeople.com/profiles/rumi-20.php
Buku : 20 Tokoh Tasawuf Indonesia dan Dunia karya Dr. H. Munawir, M.Pd.I