Bojonegoro,damarinfo.com – Hujan yang turun sejak pagi tak menyurutkan semangat dalam diskusi hangat bertajuk Ngobrol Bareng Pak Bupati (NGOPI) yang digelar di Pendopo Malowopati. Forum rutin ini menjadi wadah strategis bagi Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, bersama jajaran OPD, camat, dan stakeholder lainnya untuk membicarakan masa depan wajah kota, khususnya revitalisasi Alun-Alun Bojonegoro.
Dalam suasana gayeng yang akrab, Bupati Wahono menekankan bahwa Alun-Alun Bojonegoro bukan sekadar ruang terbuka, tapi jantung kota yang memiliki nilai historis dan strategis. Ia menyampaikan pentingnya penataan terpadu dengan kawasan sekitarnya seperti Pendopo Pemkab, Masjid Agung Darussalam, dan Pasar Kota.
“Alun-alun harus jadi tempat berkumpul, berdiskusi, dan berinteraksi. Maka, fasilitas pendukung seperti parkir, UMKM, dan ruang hijau wajib ada dan tertata,” ujar Mas Wahono, sapaan akrabnya.
Ia menekankan perlunya parkir terpadu di luar kawasan alun-alun agar pengunjung langsung disambut lapak UMKM lokal. Ini menjadi bagian dari komitmen Pemkab untuk terus menaikkan kelas UMKM di Bojonegoro.
“Pedagang tetap harus hadir, tapi penempatannya harus strategis agar tetap laku,” tegasnya.
Mas Wahono juga menyoroti pentingnya penghijauan dan pelestarian aset budaya. Pendopo Bojonegoro, sebagai bagian dari identitas kota, diminta untuk tidak diubah. Ia mengajak seluruh OPD untuk bekerja lintas sektor demi mewujudkan wajah kota yang tertata rapi, modern, namun tetap berakar pada nilai-nilai lokal.
“Kita harus punya standar internasional. Tidak lagi cat biru, kuning, atau hijau hanya karena mengikuti warna partai. Anak cucu kita perlu standar tata kota yang lebih maju,” tambahnya.
Dukungan terhadap rencana ini juga datang dari Pj Sekretaris Daerah Bojonegoro, Andik Sudjarwo, yang mengusulkan optimalisasi lahan kantor Pemkab seperti Inspektorat, BPKAD, bahkan kemungkinan relokasi Bakesbangpol untuk dijadikan kantong parkir dan area PKL.
Ia juga menyarankan agar lahan milik Perhutani yang berada di pojok alun-alun bisa dimanfaatkan melalui kerja sama.
“Saat alun-alun ditata, kita tidak menghilangkan PKL, tapi menatanya secara terpusat di area parkir. Di situ mereka pasti tetap laku,” jelasnya.
Selain itu, ia menegaskan bahwa tanaman penghijauan tak boleh dikurangi. Bahkan, jika memungkinkan, harus ditambah untuk menghadirkan suasana asri dan nyaman di pusat kota. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga bangunan cagar budaya yang ada di sekitar alun-alun.
“Warisan budaya itu bagian dari identitas Bojonegoro, dan wajib kita jaga,” tandasnya.
Diskusi yang berlangsung hangat ini melahirkan banyak ide segar dan solusi konkret. Dengan semangat kolaborasi dan keterlibatan semua pihak, revitalisasi alun-alun bukan hanya soal penataan fisik, tapi juga penciptaan ruang publik yang membanggakan dan berkelanjutan.
Editor : Syafik
Sumber : bojonegorokab.go.id