damarinfo.com – Indonesia, usai memproklamirkan diri sebagai negara merdeka pada 17 Agustus 1945, terjadi beberapa gejolak dan perlawanan terhadap kedatangan penjajah Belanda yang hendak menguasai kembali negara bekas jajahannya tersebut.
Segenap elemen perjuangan Indonesia bahu membahu dengan segenap kekuatan, sumberdaya yang ada melakukan perlawanan terhadap Belanda. Salah satu dari elemen tersebut adalah para santri dan kiai. Bahkan kelompok ini memainkan peran yang sangat fundamental dalam memobilisasi massa.
Namun sangat disayangkan, peran para ‘kaum sarungan’ ini jarang sekali yang mendokumentasikan. Belakang setelah disahkannya tanggal 22 Oktober oleh pemerintah sebagai hari santri nasional, bermunculan berbagai buku sejarah yang berusaha memberikan penjelasan terkait peran para kiai dan santri di masa-masa revolusi fisik. Salah satunya adalah buku yang berjudul “Mbah Cholil Baureno : Kepahlawanan, Khidmah, Keteladan” karya Alfi Saifullah ini.
Mbah Cholil Baureno adalah salah satu ulama kharismatik dari Bojonegoro. Perannya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sangatlah besar, terutama dalam kesatuan Resimen Ronggolawe yang dipimpin oleh Kolonel Soedirman.
Namun sayang sekali, tidak ada satupun buku yang menyebut secara khusus atau membahas tentang peran beliau tersebut. Kalaupun peran beliau banyak diketahui, itupun berdasarkan cerita turun temurun yang diceritakan diantara keluarga dan santri-santrinya. Bahkan jasa Mbah Cholil Baureno tidak hanya berhenti sampai disitu. Beliau telah melakukan peran sosialnya yang cukup luas spektrum nya di daerah Bojonegoro dan sekitarnya. Baik dalam pendidikan, dakwah, pendirian NU, maupun dalam perubahan sosial dan budaya.

Membaca buku ini, serasa diajak kembali ke masa lampau. Masa-masa ketika Mbah Cholil Baureno masih hidup. Dengan membaca halaman per halaman dari episode hidup Mbah Cholil, kelakuan kita dewasa seakan dievaluasi. Melalui keteladanan dari pola hidup Mbah Cholil yang menampilkan kesederhanaan, kebersahajaan seakan menampar gaya hidup hedonisme, egositas hidup kita sehari-hari. Menghidupkan kembali spirit Mbah Cholil Baureno sangatlah tepat ditengah-tengah krisis keteladanan yang dialami oleh masyarakat kita saat ini. Keteladanan beliau sangat relevan untuk diejawantahkan kembali demi menuju Indonesia yang lebih baik dimasa-masa yang akan datang.
Sebagai pribadi maupun pustakawan, kami menyambut baik terbitnya buku yang relatif tebal ini, 300 halaman lebih. Meskipun disana-sini masih banyak kekurangan terkait validitas sumber data yang kebanyakan berdasarkan sumber lisan. Namun, sama sekali tidak mengurangi bobot ilmiahnya. Dengan menelaah buku ini, akan memperkaya perspektif baru akan sejarah Indonesia. Lantas memicu pengkajian ulang sejarah. Karena, seperti yang pernah dikatakan oleh Bung Karno, Jas Merah, Jangan sekali kali meninggalkan sejarah. Demikian terima kasih
Penulis : Kapten Inf Yudi Asmoro (Pustakawan Museum Kodam V Brawijaya)