damarinfo.com- Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Lebih dari itu, mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, menjadikan muslim Indonesia sebagai komunitas muslim terbesar di dunia, bahkan melampaui negara-negara Arab yang menjadi tempat lahirnya agama Islam.
Sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar, Indonesia juga telah melahirkan sejumlah cendekiawan dan ulama yang berperan penting dalam perkembangan khazanah keilmuan Islam. Para ulama ini memiliki spesialisasi yang beragam, mulai dari hukum Islam (fiqh), teologi (tauhid), gramatika Arab (nahwu-sharaf), pengobatan Islam (thibb), hingga tasawuf atau sufisme. Setiap ulama memiliki keunikan dan spesialisasinya sendiri, sehingga sulit untuk membandingkan mereka satu sama lain dengan standar yang sama.
Berbicara tentang tasawuf dalam konteks Nusantara selalu menjadi topik menarik. Tasawuf, sebagai salah satu cabang keilmuan Islam, telah berkembang seiring dengan masuknya Islam ke Nusantara. Para sufi memiliki kontribusi besar dalam proses Islamisasi di Indonesia, sehingga sulit memisahkan pembahasan tentang Islam Nusantara dari pengaruh tasawuf dan tokoh-tokohnya.
Di Indonesia, terdapat berbagai kelompok sufi dengan afiliasi yang beragam. Sebagian bernaung di bawah organisasi tertentu seperti JATMAN (Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah), sementara yang lain berdiri secara independen seperti Jamaah Wahidiyah dan Shidiqiyah. Para sufi ini menjalani kehidupan yang berbeda-beda—ada yang hidup seperti orang pada umumnya, ada pula yang menempuh jalan spiritual yang sering dianggap di luar kebiasaan, atau disebut sebagai majdzub. Gus Qomari, tokoh yang menjadi fokus pembahasan dalam buku ini, dapat digolongkan ke dalam kategori majdzub tersebut.
Buku berjudul Narasi tentang Sebuah Jalan Sunyi: Kisah dan Sketsa Gus Qomari yang ditulis oleh Alfi Saifullah, merekam perjalanan spiritual Gus Qomari, seorang tokoh yang dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai wali (sufi) dari kalangan majdzub. Gus Qomari adalah sosok yang dikenal luas di wilayah Malang, Kediri, dan Jombang.
Menurut saya, buku seperti ini tergolong langka dan jarang dijadikan objek tulisan. Di tengah tren tema-tema populer di kalangan generasi Z seperti motivasi, percintaan, hobi, dan musik, Alfi Saifullah berani memilih subjek yang berbeda—tentang seorang majdzub dengan kisah-kisah yang sulit dijelaskan melalui logika atau pendekatan ilmiah. Penulis menyajikannya berdasarkan keyakinan bahwa tokoh tersebut adalah wali yang dicintai Tuhan.
Sebagai pembaca, saya sangat mengapresiasi karya ini dan berharap Alfi Saifullah, sebagai penulis muda, terus semangat dan produktif dalam berkarya di masa mendatang.
Oleh: Edi Purnomo S. Ap (Pustakawan Kota Batu)