Bojonegoro – Puluhan warga Desa Sukowati Kecamatan Kapas Bojonegoro mendatangi Kantor Desa setempat untuk menyampaikan aspirasi terkait dengan keresahan adanya Batching plant, tempat memproduksi bahan baku Beton ready mix oleh PT Surya Bengawan Sakti (SBS) di RT 14 RW 2 desa setempat pada Senin, 13-4-2020.
Untuk meredam warga dalam menyampaikan aspirasi seiring dengan adanya virus covid 19, Pemerintah Desa (Pemdes) dalam hal ini Kepala desa langsung menghubungi sejumlah pihak mulai Puskesmas, Kecamatan, Polsek dan Koramil untuk melakukan pembicaraan melalui perwakilan, serta menghadirkan DPRD dan Perusahaan Batching plant.
Dalam pertemuan tersebut, Wakil Ketua DPRD Sukur Priyanto berang atas ulah petinggi perusahaan yang sampai main ancam – ancam kepada masyarakat Bojonegoro, karena seharusnya masyarakat di ajak bicara baik – baik. Sukur menambahkan era saat ini tidak ada orang kuat, yang ada adalah kebersamaan, apalagi keberadaan batching plant untuk memasok pembangunan di Bojonegoro yang menggunakan uang APBD.
“jangan mengancam, orang Bojonegoro tidak takut. kalau mengancam – ngancam berati mau seenaknya sendiri” tegasnya.
Ketua RT 14 RW 2 menyampaikan jika warga agar di hargai, apalagi dengan melihat tumpukan material yang menjulang tinggi, uji coba produksi yang dilakukan sebelumnya tidak ada pemberitahuan sehingga warga kaget dan terganggu dengan suara bising. apa lagi di sertai adanya motor yang di bleyer seperti di sangaja.
“Keluhan warga adalah, debu, suara bising, lalu lalang kendaraan besar, jalan yang di lewati mengalami kerusakan dan penimbunan koral yang tinggi, sehingga operasi di minta untuk di hentikan” tandasnya.
Karyawan PT SBS Yudi Kasta Irawan mengatakan terkait himbauan Pemdes sudah bergerak bersama terkait gugus tugas menanggulangan virus covid 19 dan terkait pekerja luar daerah sudah di pulangkan. hal tersebut sudah di laporkan bidan dan Sekretaris Desa (Sekdes).
“masyarakat tidak menyetujui adanya batching plant, tapi pastinya ada solusi” ujarnya.
Penanggungjawab Produksi PT SBS Koiron menyampaikan, jika di tanggapi dengan positif maka adanya pengancaman di luar wewenangnya, dan di akui adanya batching plant tersebut, memang mencari nafkah dan mencari makan namun ia meminta baiknya seperti apa.
“saya bagian yang menjalankan produksi, untuk itu baiknya bagaimana” ujar pria asal Sleman Jogjakarta yang sebelumnya tidak bermasker tersebut.
Karena yang hadir dalam mediasi tersebut tidak langsung dari pimpinan perusahaan, maka mediasi selesai. kemudian di lanjutkan dengan mendatangi lokasi dan menanyakan langsung satu persatu unek – unek warga sekitar lokasi batching plant.
Penulis : Rozikin
Editor : Syafik