Rangga Lawe: Kisah Pengorbanan dan Kesetiaan yang Terlupakan

oleh 90 Dilihat
oleh
(Ilustrasi. by canva)

damarinfo.com – Legenda Ksatria Majapahit yang Terpinggirkan. Di tengah kemunduran Majapahit, ketika kekuasaan mulai goyah dan intrik politik merajalela, ada seorang ksatria yang namanya nyaris terlupakan oleh sejarah. Namun, pengorbanannya menggema sepanjang waktu. Ia adalah Rangga Lawe, seorang pejuang setia yang terseret dalam pusaran ambisi, kekecewaan, dan konflik tragis.

Rangga Lawe: Ksatria yang Berjasa, tetapi Dikhianati

Lawe bukanlah sosok sembarangan. Ia adalah pahlawan perang yang telah mempertaruhkan nyawanya demi kerajaan. Namun, ketika damai tiba, pengorbanannya terabaikan. Jabatan Amangku Bhūmi, yang ia dambakan, diberikan kepada Nambi, sahabatnya sendiri. Lawe merasa diabaikan dan dikhianati, seolah-olah perjuangannya tidak berarti.

Kekecewaan itu membakar hatinya. Lawe, yang dulu gagah berani, kini berubah menjadi seseorang yang dipenuhi amarah dan dendam. Ia meninggalkan Majapahit dan kembali ke Tuban, menyuarakan ketidakpuasannya. Konflik dengan Nambi tak terelakkan. Lawe menuduh sahabatnya merebut haknya dan merendahkan jasanya dalam perang.

Konflik Memuncak: Keputusan Tanpa Jalan Kembali

Raja berusaha menengahi, menggelar sidang kerajaan untuk mencari solusi damai. Namun, Lawe sudah terlanjur terbakar api kekecewaan. Ia mendatangi istana dengan sikap angkuh, menantang Nambi secara terbuka. Bahkan, ketika Sora, sahabat lamanya, mencoba menasihatinya, Lawe tetap teguh pada jalannya. Baginya, kehormatan lebih penting daripada segalanya.

Baca Juga :   Peradaban Majapahit di Bojonegoro, Ini Sisa-sisanya.

Akhirnya, Lawe mengambil keputusan berbahaya: memberontak. Ia mengumpulkan pasukan setianya dan bersiap untuk menghadapi kerajaan. Bagi Lawe, lebih baik mati sebagai pahlawan daripada hidup dalam kehinaan.

Pertempuran Terakhir dan Kejatuhan Seorang Ksatria

Perang pun pecah. Darah tertumpah, nyawa melayang. Lawe bertempur dengan keberanian luar biasa, tetapi takdir berkata lain. Dalam duel sengit, ia akhirnya tumbang di tangan sahabatnya sendiri, Kebo Anabrang. Kematian Lawe bukan sekadar akhir perjalanan seorang ksatria, tetapi juga simbol kehancuran persahabatan dan kesetiaan.

Ketika kabar kematiannya sampai di Tuban, kesedihan mendalam menyelimuti keluarga dan pengikutnya. Istrinya, Mṛtārāga, menangis histeris, meratapi kepergian suaminya yang mati dalam kekecewaan dan kesetiaan yang dikhianati.

Baca Juga :   Jejak Mbedander di Era Kerajaan Mataram Kuno

Pelajaran dari Kisah Rangga Lawe

Raja akhirnya menyadari kesalahannya, tetapi semuanya sudah terlambat. Kisah Rangga Lawe menjadi cermin bagi manusia yang terjebak dalam konflik batin: antara kesetiaan dan kekecewaan, harga diri dan pengorbanan. Ia adalah simbol dari mereka yang merasa dikhianati oleh sistem dan kekuasaan.

Lawe mungkin kalah dalam pertempuran, tetapi ia menang dalam menjaga martabatnya. Ia memilih jalan sulit, tetapi itu adalah pilihannya sendiri. Kisahnya meninggalkan warisan abadi tentang keberanian, kesetiaan, dan harga diri.

Penulis : Syafik

Sumber :BIBLIOTHECA JAVANICA Diterbitkan oleh Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Royal Batavian Society of Arts and Sciences) “RANGGA LAWE” Roman Sejarah Jawa Pertengahan. Diedit secara kritis oleh C. C. BERG (W. M. Berg) Wolters – Groningen & Jakarta 1920 (diunduh melalui laman delpher.nl, diterjemahkan dengan chatgpt.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *