Damarinfo.com – Tanggal 19 Februari 2025 menandai akhir masa jabatan Penjabat (Pj) Bupati Bojonegoro, Adriyanto, yang telah memimpin sejak 24 September 2023. Ia menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro terpilih, Setyo Wahono – Nurul Azizah, yang akan dilantik oleh Presiden RI Prabowo Subianto pada 20 Februari 2025 di Jakarta.
Sebagai Pj Bupati, Adriyanto memiliki batasan kewenangan yang diatur oleh undang-undang, termasuk larangan membuat kebijakan baru yang bertentangan dengan program kepemimpinan sebelumnya. Oleh karena itu, ia meneruskan visi, misi, dan program yang telah dirancang oleh Bupati Anna Mu’awanah – Budi Irawanto (2018-2023). Namun, tugasnya tetap menantang, karena ia harus memastikan Aparatur Sipil Negara (ASN) bekerja secara efektif serta memastikan program berjalan sesuai regulasi dan benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah pengelolaan APBD Bojonegoro, yang memiliki nilai besar dan harus dikelola dengan efisiensi dan transparansi. Tantangan lainnya adalah seberapa besar dampak penurunan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan dibandingkan dengan besarnya APBD yang dimiliki Bojonegoro.
Selain itu, koordinasi antar lembaga pemerintahan juga menjadi aspek penting, terutama dalam memastikan semua kepentingan pemangku kebijakan tetap terakomodasi tanpa melanggar aturan.
Di tengah dinamika politik yang ada, Adriyanto menunjukkan kemampuan komunikasi yang baik, terbukti dengan stabilitas politik, sosial, dan keamanan di Bojonegoro, bahkan selama Pilkada. Ia berhasil menjaga netralitas, meski tarikan politik dari berbagai pihak cukup kuat.
Selain menjabat sebagai Pj Bupati Bojonegoro, Adriyanto juga masih memegang amanah sebagai Direktur Dana Transfer Umum di Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan RI. Hal ini membuatnya harus bolak-balik Jakarta – Bojonegoro. Demi efisiensi, ia lebih memilih menggunakan kereta api. Yang patut diapresiasi, jika bukan dalam rangka tugas resmi Pemkab, ia menolak menggunakan dana APBD untuk perjalanannya. Sebuah contoh integritas yang layak diteladani. Dalam 514 hari (16 bulan) masa jabatannya, ia menunjukkan dedikasi tinggi dengan rutin menempuh perjalanan mingguan.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada Pak Adriyanto atas dedikasi dan pengabdiannya!
Kini, estafet kepemimpinan dipegang oleh Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono – Nurul Azizah. Masyarakat menaruh harapan besar kepada pasangan asli Bojonegoro ini untuk membawa perubahan dalam pengentasan kemiskinan, pengembangan ekonomi, pembangunan SDM, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata. Tantangannya tidak kecil: mereka harus melampaui capaian sebelumnya sekaligus menjaga keberlanjutan pembangunan. “Bojonegoro Makmur dan Membanggakan” menjadi semangat yang mendorong dukungan masyarakat kepada mereka, dengan harapan Bojonegoro menjadi lebih baik.
Kemakmuran dapat diukur dengan berbagai indikator, seperti angka kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan pertumbuhan ekonomi. Mas Wahono dan Bu Nurul (begitu masyarakat menyapa mereka) memulai kepemimpinan dengan kondisi berikut:
- Angka kemiskinan: 11,69% (147.330 jiwa), urutan ke-11 termiskin di Jawa Timur.
- IPM: 72,75 (peringkat 25 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur).
- Pertumbuhan ekonomi non-migas: 5,17% (2023), sedikit turun dari 5,29% (2019).
- SILPA APBD dalam lima tahun terakhir selalu di atas Rp 2 triliun.
Meski ada progres, seperti penurunan kemiskinan sebesar 0,69% (2019–2024) dan kenaikan IPM sebesar 4 poin, target ke depan harus lebih ambisius. APBD Bojonegoro yang besar harus dioptimalkan untuk percepatan pembangunan yang lebih berdampak nyata.
Kata “membanggakan” memang tidak selalu dapat diukur dengan angka, tetapi bisa dirasakan. Kebanggaan bisa muncul dari berbagai hal, seperti prestasi olahraga, keunikan budaya, kemegahan infrastruktur, inovasi teknologi, dan potensi pariwisata.
Pasangan Wahono – Nurul memiliki modal besar berupa APBD yang besar dan dukungan masyarakat yang masif, yang harus dioptimalkan untuk membangun Bojonegoro yang benar-benar Makmur dan Membanggakan.
Harapannya, slogan “Bojonegoro Makmur dan Membanggakan” bukan sekadar tulisan di tugu selamat datang, atau tercantum dalam dokumen pemerintahan, tetapi benar-benar terwujud dalam kehidupan masyarakat Bojonegoro.
Inilah tantangan yang harus dijawab oleh Mas Wahono dan Bu Nurul dalam lima tahun ke depan. Dengan modal anggaran yang besar serta dukungan luas dari masyarakat, semestinya Bojonegoro bisa benar-benar Makmur dan Membanggakan.
Selamat memimpin Bojonegoro, Mas Wahono dan Bu Nurul!
Penulis : Syafik