Petani Bojonegoro Menua, Siapa yang Akan Menanam Esok Hari?

oleh 167 Dilihat
oleh
(Ilustrasi by chatgpt)

damarinfo.com – Tak bisa dimungkiri, sektor pertanian masih menjadi penopang utama ekonomi masyarakat Bojonegoro. Ratusan ribu orang menggantungkan hidup dari sawah, ladang, dan kebun. Namun, di balik ketangguhan sektor ini, tersimpan persoalan serius yang kian mendesak: petani kita semakin menua.

Data tahun 2023 dari “HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2023, Tahap II, BPS Bojonegoro” menunjukkan bahwa dari total 269.623 petani di Kabupaten Bojonegoro, lebih dari 145 ribu di antaranya—atau lebih dari setengahnya—berada pada kelompok usia 45 hingga 64 tahun. Bahkan kelompok usia 65 tahun ke atas masih mencakup 53.673 orang, atau hampir seperlima dari total petani. Ini berarti, lebih dari 70% petani adalah lansia atau hampir lansia.

Sebaliknya, petani muda usia 15–24 tahun hanya berjumlah 1.365 orang, dan kelompok usia 25–34 tahun hanya 19.023 orang. Jika digabung, petani muda ini hanya menyumbang sekitar 7,5% dari keseluruhan. Angka yang mencemaskan untuk masa depan pangan daerah.

Regenerasi Mandek, Petani Muda Enggan Turun ke Sawah

Krisis ini bukan soal data semata, tapi soal keberlangsungan hidup pertanian. Kalangan muda enggan melanjutkan profesi orang tuanya sebagai petani. Sawah dianggap tidak lagi menjanjikan secara ekonomi, apalagi di tengah minimnya dukungan teknologi, modal, dan pemasaran hasil panen.

Baca Juga :   Konversi Pompa Air dari Diesel ke Listrik, Petani Bojonegoro Makin Untung

Pekerjaan lain di sektor informal atau migrasi ke kota dianggap lebih menjanjikan. Maka, ladang-ladang dibiarkan kosong, atau disewa oleh petani yang sudah sepuh. Ini menjadi lingkaran masalah: semakin sedikit anak muda bertani, semakin tua usia petani aktif.

(Pie Chart Kepala Rumah tangga petani berdasarkan umur. Data diolah. Sumber data: (HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2023, Tahap II, BPS Bojonegoro)

Distribusi Usia Petani di Bojonegoro Tahun 2023

  • Usia 15–34 tahun (Muda): hanya 7,6%

  • Usia 35–54 tahun (Paruh Baya): sekitar 45,6%

  • Usia 55 tahun ke atas (Lansia): mendominasi dengan 46,8%

Grafik ini memperlihatkan bahwa hampir setengah dari petani di Bojonegoro sudah berusia di atas 55 tahun, sementara generasi muda sangat sedikit yang memilih bertani. Situasi ini menggambarkan darurat regenerasi petani yang semakin nyata dan mendesak ditangani.

Distribusi Tak Merata, Harapan Kecil Masih Ada

Kecamatan seperti Kedungadem (20.041 petani), Tambakrejo, Ngasem, dan Dander mencatat jumlah petani tertinggi. Namun dominasi tetap berada di tangan petani tua. Beberapa kecamatan seperti Ngasem dan Dander menunjukkan sedikit harapan karena memiliki ratusan petani muda usia 25–34 tahun.

Namun, jumlah itu jauh dari cukup untuk menopang regenerasi sektor pertanian. Tanpa intervensi, tren ini bisa berujung pada penurunan produksi, alih fungsi lahan, bahkan krisis ketahanan pangan lokal.

Baca Juga :   Puncak Panen, Stok Beras di Blora Aman

Solusi: Pertanian Harus Dibuat Kembali Menarik

Jika ingin menyelamatkan masa depan pertanian Bojonegoro, maka regenerasi petani harus menjadi prioritas kebijakan daerah. Pemerintah Kabupaten dan instansi terkait perlu menyusun program yang mampu menarik minat anak muda untuk bertani, antara lain:

  • Pelatihan pertanian modern berbasis teknologi

  • Dukungan akses permodalan dan pemasaran

  • Insentif untuk petani muda, termasuk kepastian lahan garapan

  • Pendidikan vokasi pertanian yang menjanjikan masa depan

Pertanian tak bisa lagi dipandang sebagai beban orang tua. Ia harus menjadi pilihan rasional anak muda, jika kesejahteraan dan keberlanjutan dijamin oleh kebijakan yang berpihak.

Menatap Ladang yang Sepi

Pertanyaan besar kini mengemuka: siapa yang akan menanam di Bojonegoro esok hari? Jika lahan masih luas tapi tidak ada yang menggarap, maka masa depan pangan kita bisa rapuh. Perlu kesadaran bersama bahwa petani adalah penyangga peradaban, dan regenerasi mereka adalah urusan kita semua.

Penulis : Syafik

Sumber data : “HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2023, Tahap II, BPS Bojonegoro”