Pesantren Raksasa di Kediri dan Keunikan Santri Bojonegoro

oleh 130 Dilihat
oleh
(Pintu Gerbang Pondok Pesantren Lirboyo. foto : lirboyo.net)

damarinfo.com – Kalau bicara soal pesantren, Jawa Timur jelas tak bisa dilewatkan. Provinsi ini menjadi rumah bagi lebih dari 673 ribu santri, tersebar di ratusan pondok pesantren. Dari sekian banyak kabupaten dan kota, Kota Kediri muncul sebagai juaranya, dengan total 50.042 santri yang aktif mondok dan menimba ilmu di sana.

Tapi, tahukah Anda? Di balik angka yang fantastis itu, ada cerita menarik, bukan hanya tentang banyaknya santri laki-laki, tapi juga tentang pondok-pondok besar yang justru didominasi oleh santri perempuan. Sementara itu, Bojonegoro — meski tidak masuk dalam 10 besar daerah dengan jumlah santri terbanyak — menyimpan keunikan tersendiri soal dominasi santri perempuan.
Mari kita telusuri lebih dalam!

Kediri: Kota Pusatnya Santri

Bayangkan sebuah kota yang setiap sudutnya dipenuhi lantunan ayat Al-Qur’an, halaqah ilmu, dan aktivitas mengaji yang tak pernah sepi. Itulah Kota Kediri, salah satu pusat pendidikan Islam terbesar di Jawa Timur. Dengan 50.042 santri tercatat, Kediri menegaskan dirinya sebagai wilayah dengan jumlah santri terbanyak se-provinsi.

Apa rahasia di balik besarnya jumlah ini?
Salah satunya adalah keberadaan pesantren-pesantren besar, seperti Hidayatul Mubtadiin Lirboyo. Pondok ini dihuni oleh 33.209 santri — menjadikannya pusat pertumbuhan santri terbesar di Kota Kediri. Menariknya, mayoritas santri di Lirboyo adalah laki-laki, yakni 29.736 orang, sementara santri perempuannya tercatat 3.473 orang.

Namun, Kediri tidak melulu soal santri laki-laki. Ada pula pesantren seperti Al Baqoroh Lirboyo, yang hampir seluruh santrinya adalah perempuan. Dari 4.395 santri di pondok ini, 4.360 di antaranya adalah perempuan. Selain itu, beberapa pondok lainnya seperti Putri Tahfizhil Qur’an, Putri HMQ Lirboyo, dan Putri Hidayatul Mubtadi-aat turut memperkaya ekosistem pendidikan santri perempuan di Kediri.
Tak heran, Kediri juga dikenal sebagai salah satu destinasi favorit para calon hafizah Al-Qur’an dari berbagai penjuru Indonesia.

(10 Kabupaten/kota di Jawa Timur dengan jumlah santri terbanyak. data di olah, sumber data :emis kemenag)

Bojonegoro: Dominasi Santri Perempuan yang Mengesankan

Beranjak ke Bojonegoro, kita menemukan kisah yang tak kalah menarik. Meskipun total santrinya “hanya” 9.000 orang, Bojonegoro menyimpan fenomena unik: jumlah santri perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. 5.026 santri perempuan berbanding 3.974 santri laki-laki — sebuah potret bahwa pesantren di Bojonegoro menjadi ruang yang luas bagi perempuan untuk belajar, berkembang, bahkan memimpin.

Di antara banyak pesantren, ATTANWIR menjadi yang terbesar, dengan 954 santri. Di sini, santri laki-laki memang sedikit lebih banyak (658 orang) dibanding santri perempuan (296 orang). Namun peta dominasi santri perempuan tetap terasa kuat di pondok-pondok lain.

(Tabel 10 Pesantren dengan Jumlah Santri Terbanyak di Bojonegoro. data diolah, sumberdata :emis kemenag)

Sebut saja ABU DZARRIN BANIN BANAT, pondok yang seluruh santrinya — sebanyak 337 orang — adalah perempuan. Fenomena serupa terjadi di Modern ‘Aisyiyah Islamic Boarding School, yang memiliki 292 santri perempuan. Kehadiran pesantren-pesantren ini membuktikan bahwa Bojonegoro adalah salah satu pilar kuat pendidikan santri perempuan di Jawa Timur.

Mengapa Pesantren Tetap Relevan di Era Modern?

Di tengah derasnya arus digitalisasi dan gaya hidup modern, pesantren tetap bertahan sebagai pilihan utama pendidikan. Mengapa?
Karena pesantren bukan hanya soal hafalan dan kitab kuning. Di sinilah karakter dibentuk: kedisiplinan, tanggung jawab, dan nilai-nilai hidup diajarkan secara intensif — sesuatu yang jarang didapatkan di sekolah umum.

Tak hanya itu, di pesantren, para santri perempuan mendapatkan kesempatan luas untuk mengembangkan diri. Di Bojonegoro, misalnya, banyak santri perempuan yang sukses menjadi hafizah maupun pengajar.
Sementara di Kediri, alumni pesantren Lirboyo tak jarang melanjutkan perannya sebagai ulama, politisi, bahkan pengusaha sukses.

Jawa Timur memang layak mendapat gelar sebagai “Ibu Kota Pesantren” Indonesia. Kota Kediri dengan dominasi santri laki-lakinya, dan Bojonegoro dengan keunggulan santri perempuan, adalah bukti nyata bahwa pesantren terus menjadi pilar penting dalam membangun karakter dan peradaban bangsa.

Apapun kondisinya, pesantren tetap relevan, tetap dibutuhkan, dan tetap menjadi penjaga nilai-nilai luhur Islam di tengah perubahan zaman.

Penulis : Syafik

Data bersumber dari eMIS Kementerian Agama Semester Ganjil Tahun Akademik 2024/2025.