Bojonegoro, damarinfo.com – Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro tahun 2024 kembali tercatat sebagai yang terendah di Jawa Timur, mirip dengan kondisi pada tahun 2022. Berdasarkan data terbaru, pertumbuhan ekonomi Bojonegoro dengan sektor migas hanya mencapai 1,67%, sedangkan tanpa sektor migas, angka pertumbuhannya mencapai 5,15%. Kedua angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
PDRB Bojonegoro: Besar, Tapi Masih Didominasi Migas
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bojonegoro, yang dihitung berdasarkan harga konstan (2010), menempatkan kabupaten ini di 10 besar wilayah dengan PDRB terbesar di Jawa Timur, tepatnya pada peringkat ke-8, dengan total Rp 64.367,4 miliar. Sektor pertambangan dan penggalian, khususnya migas, menjadi kontributor terbesar dengan kontribusi Rp 30.456,4 miliar atau 47,54% dari total PDRB Bojonegoro. Namun, ketergantungan yang tinggi pada migas menjadi tantangan serius bagi ekonomi daerah ini.
Anggota Komisi B DPRD Bojonegoro, Lasuri, menegaskan bahwa data ini menggambarkan betapa dominannya ketergantungan ekonomi Bojonegoro pada sektor migas.
“Data BPS menunjukkan bahwa Bojonegoro sangat bergantung pada sektor migas,” ujar Lasuri, yang juga merupakan Ketua PAN Bojonegoro.

Penurunan Sektor Migas, Sektor Lain Belum Mampu Menopang
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bojonegoro, sektor pertambangan dan penggalian terus mengalami penurunan, yang mempengaruhi lambatnya pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara itu, sektor pertanian, yang merupakan penyumbang terbesar kedua dengan kontribusi 11,85%, mengalami kenaikan, namun belum mampu mengimbangi penurunan yang terjadi pada sektor migas. Pada 2024, PDRB sektor pertanian tercatat mencapai Rp 6.335,68 miliar, meskipun masih jauh dari cukup untuk mengimbangi dampak penurunan dari sektor migas.
Kiki Ferdiana, Kepala BPS Bojonegoro, dalam siaran langsung di kanal YouTube BPS Bojonegoro menjelaskan bahwa kontraksi sektor migas terjadi karena penurunan produksi minyak di Bojonegoro selama tiga tahun terakhir.
“Sektor pertanian juga mengalami penurunan sejalan dengan menurunnya produksi tanaman pangan dan kehutanan,” jelas Kiki Ferdiana, Senin (3/3/2025).
Ranking Bojonegoro di Jawa Timur: Terperosok ke Posisi 38
Berdasarkan analisis pertumbuhan ekonomi di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, Bojonegoro menempati posisi ke-38 atau peringkat terbawah pada tahun 2024.
Sebagai perbandingan, berikut adalah 10 daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa Timur pada tahun 2024:
- Kota Surabaya – 5,76%
- Kota Madiun – 5,73%
- Kabupaten Sidoarjo – 5,54%
- Kota Pasuruan – 5,45%
- Kota Malang – 5,41%
- Kabupaten Pasuruan – 5,34%
- Kota Blitar – 5,33%
- Kota Mojokerto – 5,32%
- Kabupaten Mojokerto – 5,29%
- Kota Probolinggo – 5,15%
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Bojonegoro hanya mencapai 1,67%, jauh tertinggal dibandingkan daerah-daerah lain yang rata-rata mencatatkan pertumbuhan di atas 5%. Bahkan, jika melihat tren sebelumnya, Bojonegoro sempat mengalami pertumbuhan negatif pada 2022 (-6,16%), kemudian meningkat ke 2,47% pada 2023, namun turun lagi pada 2024.
Tren Ekonomi di Jawa Timur: Perlambatan Ekonomi Menyerang Banyak Daerah
Bojonegoro bukan satu-satunya daerah yang mengalami perlambatan ekonomi. Sebanyak 23 kabupaten/kota di Jawa Timur mengalami penurunan laju pertumbuhan ekonomi pada 2024, sementara hanya 15 daerah yang mencatatkan kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan ekonomi tidak hanya dialami Bojonegoro, tetapi juga sebagian besar daerah di Jawa Timur.
Namun, penurunan yang dialami Bojonegoro sangat signifikan dibandingkan dengan daerah lainnya, yang membuatnya tetap berada di posisi terbawah dalam peringkat pertumbuhan ekonomi.
Penulis : Syafik
Kurangnya dukungan pemerintah dlm menumbuhkan ekonomi kreatif dan UMKM merupakan pokok masalah di Bojonegoro
Terlalu nyaman pada sektor migas
Padahal pertanian rangking ke 2 se Jawa Timur