Damarinfo.com – Awal Mula Pertempuran. Setelah hijrah ke Madinah, kaum Muslimin masih menghadapi ancaman dari Quraisy Makkah. Mereka berulang kali merancang serangan terhadap kaum Muslimin. Hingga akhirnya, pada tahun kedua Hijriyah, Rasulullah ﷺ menerima informasi bahwa kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan sedang dalam perjalanan dari Syam menuju Makkah.
Kaum Muslimin yang masih dalam kondisi lemah melihat ini sebagai peluang strategis untuk melemahkan ekonomi Quraisy yang selama ini menjadi sumber kekuatan mereka. Rasulullah ﷺ pun memutuskan untuk mencegat kafilah tersebut bersama sekitar 313 pasukan Muslim, sebagaimana disebutkan dalam “Sirah Ibnu Hisyam”.
Namun, Quraisy mengetahui rencana ini. Abu Sufyan mengubah rute perjalanan dan mengirim utusan ke Makkah untuk meminta bantuan. Akibatnya, sekitar 1.000 pasukan Quraisy lengkap dengan perlengkapan perang berangkat menuju Badar untuk menghadapi kaum Muslimin.
Kesiapan Kaum Muslimin dan Doa Rasulullah
Saat mendengar bahwa Quraisy telah mengerahkan pasukan besar, Rasulullah ﷺ mengumpulkan para sahabat untuk bermusyawarah. Abu Bakar, Umar, dan Miqdad bin Amr menyatakan kesiapan mereka untuk bertempur. Kaum Anshar yang sebelumnya hanya berjanji melindungi Rasulullah di Madinah, juga dengan tegas menyatakan kesetiaan mereka.
Pada malam sebelum perang, Rasulullah ﷺ berdoa dengan penuh ketundukan, “Ya Allah, jika pasukan ini binasa, maka tidak akan ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi.” (HR. Muslim). Dalam keadaan pasukan yang sedikit dan perlengkapan yang terbatas, satu-satunya harapan mereka adalah pertolongan Allah.
Turunnya Malaikat dan Dimulainya Pertempuran
Ketika fajar menyingsing pada 17 Ramadhan 2 H, kedua pasukan bersiap di medan Badar. Rasulullah ﷺ mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke arah pasukan Quraisy seraya berkata, “Wajah-wajah itu akan dikalahkan!” Kemudian, perang pun dimulai dengan duel satu lawan satu.
Tiba-tiba, badai pasir berhembus kencang. Dari kejauhan, pasukan Muslim melihat pasukan gaib turun dari langit. Seperti disebutkan dalam “Shahih Muslim”, Allah mengirim 1.000 malaikat untuk membantu kaum Muslimin. Mereka bertempur bersama pasukan Islam, menyebabkan ketakutan di hati musuh.
Kemenangan yang Menggemparkan
Dalam pertempuran singkat, 70 orang Quraisy tewas, termasuk tokoh-tokoh penting seperti Abu Jahal, musuh bebuyutan Rasulullah. Sementara itu, 70 orang lainnya ditawan dan dibawa ke Madinah. Sebaliknya, kaum Muslimin hanya mengalami 14 syahid.
Seperti yang tercantum dalam “Ar-Rahiq Al-Makhtum”, kemenangan ini bukan hanya kemenangan militer, tetapi juga bukti nyata pertolongan Allah kepada kaum Muslimin.
Pelajaran dari Perang Badar
- Keimanan lebih penting daripada jumlah dan senjata. Kaum Muslimin menang bukan karena kekuatan fisik, tetapi karena keyakinan dan ketakwaan mereka.
- Musyawarah adalah kunci strategi yang baik. Rasulullah ﷺ tidak bertindak sendiri, tetapi selalu meminta pendapat para sahabat sebelum mengambil keputusan.
- Kesabaran dan doa adalah senjata utama. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa kemenangan sejati datang bukan hanya dari usaha, tetapi juga dari doa yang tulus kepada Allah.
Kemenangan di Badar menjadi pijakan awal bagi kejayaan Islam, membuktikan bahwa kebenaran akan selalu menang atas kebatilan.
Penulis : Syafik