Pengangguran Bojonegoro: Krisis di Balik 4,42%

oleh 110 Dilihat
oleh
(Ilutrasi by chatgpt)

damarinfo.com – Bupati Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah baru saja menempati kursi kepemimpinan Bojonegoro. Selamat datang di kabupaten yang tertinggal: peringkat 11 termiskin, IPM ke-26, dan pertumbuhan ekonomi terakhir di posisi 38 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur (BPS Jawa Timur, 2024). Ini bukan sekadar urusan angka di laporan. Ini alarm keras bahwa ada yang salah di Bojonegoro—dan harus segera diperbaiki.

Salah satu sorotan utama adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT): 4,42% pada 2024 (BPS Jawa Timur). Kecil, mungkin Anda pikir? Tunggu sebentar. Bayangkan ini: dari setiap 100 orang yang siap bekerja, lebih dari empat orang duduk tanpa penghasilan, padahal mereka berusaha keras mencari kerja. Jika angkatan kerja Bojonegoro sekitar 100.000 orang—perkiraan yang masuk akal—berarti 4.420 jiwa sedang terpuruk. Ini bukan statistik belaka, melainkan ribuan meja makan kosong dan harapan yang redup.

Tren Lambat, Masalah Rumit

Simak datanya (BPS Jawa Timur):

  • 2013: 5,81%

  • 2014: 3,21%

  • 2015: 5,01%

  • 2017–2023: Berkisar 3,64% hingga 4,92%

  • 2024: 4,42%

Angka ini naik-turun tak menentu, tapi penurunannya sangat lambat. Dari 4,92% pada 2020 menjadi 4,42% di 2024—hanya turun 0,5% dalam empat tahun. Kalau terus seperti ini, kapan Bojonegoro bebas pengangguran? 2030? 2040?

Baca Juga :   Kota Surabaya Ternyata Paling Banyak Pengangguran. Bagaimana Daerah Kamu?

Jumlah penganggur juga membuat prihatin:

  • 2021: 35.057 orang

  • 2022: 34.414 orang

  • 2023: 36.411 orang (BPS Jawa Timur)

Persentase menurun, tapi jumlahnya tak stabil. Ini tanda: masalahnya bukan hanya angka, tapi struktur yang lemah—mungkin angkatan kerja berkurang atau banyak yang terpaksa mengambil pekerjaan tak jelas masa depannya.

(Grafik TPT Kabupaten Bojonegoro 2013-2024. grafik by chatgpt)

Satu orang kehilangan kerja, satu keluarga gelisah: tagihan menumpuk, anak tak sekolah. Kalikan ribuan kali. Itulah yang menjadikan 4,42% sebagai krisis sunyi—tak jadi berita utama, tapi menggerus harapan perlahan. Lebih ironis lagi, angka ini melebihi rata-rata Jawa Timur: 4,19% (BPS Jawa Timur, 2024). Padahal Bojonegoro dikenal kaya migas, dengan proyek dan dana melimpah.

Banyak Tenaga, Sedikit Peluang

Pengangguran di Bojonegoro bukan hanya soal kurangnya lapangan kerja, tapi peluang yang tak merata. Anak muda lulus SMA atau kuliah bingung: bekerja di mana?

  • Industri besar tak kunjung berkembang

  • UMKM kesulitan mencari modal dan pasar

  • Pendidikan vokasi tak selaras dengan kebutuhan riil

  • Pertanian masih stagnan—kurang menarik bagi generasi saat ini

Akibatnya? Banyak yang pergi ke kota besar atau luar negeri. Bukan pilihan, melainkan pelarian.

Baca Juga :   Daftar 10 Kabupaten di Jawa Timur dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi. Didominasi Kota-Kota Besar.

Harapan Baru, Bukan Sekadar Janji

Kini, semua mata tertuju pada Setyo Wahono dan Nurul Azizah.
Mampukah mereka mengubah wajah Bojonegoro?
Mampukah 4,42% ini jadi lebih dari sekadar angka?

Ada lima langkah strategis yang bisa ditempuh:

  1. Kembangkan industri lokal: Olah hasil pertanian, gali energi baru, atau bangun manufaktur yang menyerap tenaga kerja.

  2. Undang investor strategis: Bukan yang sekadar berjanji, tapi benar-benar membuka banyak lowongan kerja.

  3. Perbarui pendidikan vokasi: Libatkan pengusaha untuk menyusun kurikulum yang relevan.

  4. Dukung UMKM: Sediakan kredit murah, ajarkan pemasaran digital, buka akses pasar hingga ekspor.

  5. Perbarui sektor pertanian: Ajak anak muda dengan teknologi dan irigasi modern.

Jangan Menunggu Lagi

Lima tahun ke depan menentukan: Bojonegoro mau tetap jadi penutup daftar kemiskinan atau jadi contoh pembangunan yang adil?

Rakyat tak butuh pidato manis di panggung. Mereka butuh pekerjaan di tangan. Pemerintah harus hadir di lapangan, bukan hanya dalam seremoni.

Kita semua punya tugas: pantau pemimpin baru ini, tekan mereka dengan fakta, bukan hanya tepuk tangan. Sebab, 4,42% itu bukan sekadar data dari BPS Jawa Timur. Itu cerminsiapa yang kita bela, siapa yang kita abaikan.

Penulis : Syafik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *