Peta Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur: Siapa yang Paling Ngebut di 2025?
Awal tahun biasanya lambat. Seperti pagi hari setelah hujan: jalanan masih basah, matahari belum terlalu panas, dan orang-orang masih menggeliat. Tapi Jawa Timur Triwulan I 2025 justru seperti motor yang mendadak ngegas di tikungan. Beberapa kabupaten/kota menunjukkan laju pertumbuhan PDRB yang cukup mengesankan.
Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Bojonegoro mencatatkan laju pertumbuhan PDRB tertinggi se-provinsi, yakni 9,97%. Disusul Pacitan (9,93%) dan Ngawi (9,89%). Di sisi lain, Kota Kediri justru mengalami kontraksi dengan pertumbuhan minus 0,13%.
Peningkatan ini cukup kontras dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2024, banyak daerah justru mengalami perlambatan, termasuk Bojonegoro yang sempat -3,72%. Maka, kenaikan mendadak di 2025 tentu membuat dahi berkerut: Apakah ini efek belanja pembangunan? Atau ada cerita lain di balik angka?
Bojonegoro: Antara Laju PDRB yang Melonjak dan Serapan yang Masih Lesu
Di atas kertas, Bojonegoro mencatat pertumbuhan PDRB Triwulan I 2025 sebesar 9,97%—tertinggi di Jawa Timur. Tapi jangan dulu bersorak. Fakta lain menyebutkan bahwa serapan anggaran APBD baru menyentuh 17,97% hingga Mei 2025 (Rancangan KUA Perubahan tahun 2025). Artinya, lonjakan pertumbuhan itu bukan karena belanja daerah yang massif, melainkan dorongan dari sektor lain di luar fiskal.
Lalu, sektor mana yang menggerakkan roda ekonomi Bojonegoro?
Kita perlu melihat data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Triwulan I yang dipublikasikan oleh BPS Bojonegoro. Pada 2025, PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp17.082,73 miliar, naik tajam dibanding tahun sebelumnya (Rp15.533,79 miliar).
Yang menarik adalah sumbangan sektor-sektornya:
-
Sektor Primer (pertanian dan pertambangan) naik drastis dari Rp8.760,5 miliar (2024) menjadi Rp10.022,68 miliar.
-
Sektor Sekunder (industri, listrik, bangunan) dan tersier (jasa, perdagangan) juga tumbuh, tapi lebih moderat.
Dengan kata lain, Bojonegoro digerakkan oleh alam, bukan APBD. Migas, sawah, dan kebun masih menjadi lokomotif utama, sementara mesin fiskal pemerintah daerah belum benar-benar dinyalakan.
Untuk mendapatkan kejelasan mengenai penyebab lonjakan PDRB ini, jurnalis Damarinfo.com telah menghubungi Kepala BPS Bojonegoro, Kiki Ferdiana melalui pesan WhatsApp. Namun, hingga artikel ini diunggah, tidak ada tanggapan yang diberikan, meskipun status pesan menunjukkan telah dibaca.
Minimnya penjelasan dari otoritas statistik daerah menambah tanda tanya besar: apa yang sebenarnya terjadi di balik lonjakan angka pertumbuhan ini? Apakah ada anomali data, atau justru memang ada faktor ekonomi lokal yang belum terdeteksi publik?

Dibanding Tetangga: Siapa yang Sebenarnya Bergerak?
Mari kita intip saudara dekat Bojonegoro:
Kabupaten | Pertumbuhan PDRB Triwulan I 2025 | Catatan Kunci |
---|---|---|
Ngawi | 9,89% | Peningkatan kuat, terutama di sektor primer |
Lamongan | 5,85% | Lebih stabil, namun tidak melonjak |
Tuban | 4,11% | Justru menurun dibanding 2024 |
Nganjuk | 5,32% | Pertumbuhan cenderung datar |
Tampak jelas bahwa Bojonegoro memimpin laju pertumbuhan PDRB. Bahkan kabupaten berbasis industri seperti Tuban pun tertinggal, menunjukkan bahwa Bojonegoro memiliki momentum sendiri, walau tanpa dukungan belanja publik yang optimal.
Struktur Ekonomi Bojonegoro: Migas Masih Jadi Raja
Menurut definisi BPS:
-
Sektor Primer: kegiatan ekonomi berbasis sumber daya alam seperti pertanian dan pertambangan.
-
Sektor Sekunder: kegiatan pengolahan dan konstruksi.
-
Sektor Tersier: sektor jasa, perdagangan, dan pelayanan.
Dalam struktur PDRB Bojonegoro, sektor primer mendominasi secara signifikan. Artinya, transformasi ekonomi belum sepenuhnya terjadi. Industri dan jasa masih menjadi pemain pinggiran, padahal sektor inilah yang bisa memberikan ketahanan jangka panjang dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja non-musiman.
Saatnya Menyalakan Mesin Fiskal, Bukan Sekadar Menunggu Alam
Pertumbuhan ekonomi Bojonegoro yang tinggi di Triwulan I 2025 adalah berita baik, tapi bukan alasan untuk bersantai. Angka-angka ini menunjukkan bahwa ekonomi tetap bergerak tanpa suntikan besar dari belanja APBD. Tapi kita tak bisa selamanya bergantung pada migas dan pertanian.
Dengan serapan APBD baru 17,97 % per Mei 2025, ini saatnya Pemkab Bojonegoro menyalakan mesin fiskalnya. Anggaran harus cepat dieksekusi, tepat sasaran, dan diarahkan untuk membangun kekuatan sektor sekunder dan tersier.
Karena pertumbuhan sejati bukan hanya yang terlihat di grafik, tapi yang terasa di pasar desa, kantong petani, dan sekolah-sekolah pelosok. Bojonegoro sudah berlari, sekarang waktunya pemerintah mengejar, agar rakyat tidak hanya jadi penonton, tapi pelaku utama kemajuan ekonomi.
Penulis : Syafik
Sumber data : BPS Jawa Timur, BPS Bojonegoro
Kepala BPS Bojonegoro Kiki Ferdiana telah memberikan jawaban pada Hari Kamis, 26-6-2025, “Pertumbuhan ekonomi bojonegoro triwulan 1 2025 dibandingkan triwulan 1 2024 secara yoy tumbuh sebesar 9,97 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor primer sejalan peningkatan produksi minyak dan gas bumi dan juga peningkatan tanaman pangan. Dimana pada triwulan 1 2025 ini merupakan puncak panen raya padi”