Pariwisata Bojonegoro: Tantangan Lama di Era Pemimpin Baru

oleh 81 Dilihat
oleh
(Khyangan Api. sumber foto : buku saku mudik medayoh bojonegoro. )

Bojonegoro,damarinfo.com – Pada 18 Juli 2025, Bupati Bojonegoro Setyo Wahono resmi membuka pembinaan dan pengawasan pelaku usaha pariwisata. Sebanyak 100 pelaku usaha—dari pengelola hotel, restoran, spa, destinasi wisata, hingga biro perjalanan—ikut serta. Langkah ini menjadi sinyal bahwa Pemkab Bojonegoro mulai serius menggarap pariwisata sebagai penggerak ekonomi lokal.

Dalam sambutannya, Bupati menegaskan bahwa Bojonegoro memiliki potensi wisata besar. Ia menyinggung Gunung Pandan, Banyu Kuning, Kayangan Api, dan Wonocolo sebagai contohnya.

“Kita harus membangun semangat agar orang mau datang ke Bojonegoro,” katanya.

Pernyataan itu memang layak diapresiasi. Tapi tantangan di lapangan jauh lebih besar.
Di hadapan Bupati Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah, ada PR pariwisata yang menumpuk dan butuh solusi nyata.

Kunjungan Wisatawan Bojonegoro 2017–2024: Data yang Berbicara

Data kunjungan wisata Bojonegoro menunjukkan fluktuasi besar dalam delapan tahun terakhir:

  • 2017–2019 | Masa Keemasan
    Go Fun menjadi magnet wisatawan dengan lebih dari 600 ribu pengunjung per tahun.
    Agrowisata Belimbing, Kayangan Api, dan Dander Waterpark juga ikut mendulang sukses.

  • 2020–2021 | Pandemi Memukul Keras
    Pandemi COVID-19 menghantam sektor wisata.
    Kunjungan menurun drastis. Beberapa tempat bahkan nyaris tanpa pengunjung.

  • 2022–2023 | Kebangkitan Kembali
    Tren positif mulai tampak. Alun-Alun Bojonegoro mencatat 239.400 pengunjung (2023) dan beberapa destinasi baru ikut naik daun.

  • 2024 | Kembali Menurun
    Setelah sempat bangkit, 2024 mencatatkan penurunan kunjungan lagi.
    Hanya destinasi seperti Kayangan Api dan Growgoland yang masih bertahan di jalur positif.

Baca Juga :   Bupati Bojonegoro Teken MoU Hutan: Menjaga Alam, Menggerakkan Ekonomi

16 Destinasi Wisata Masih ‘Tertidur’ — Potensi yang Terabaikan

Dari 50 destinasi wisata di Bojonegoro (2024), hanya 34 yang aktif dikunjungi. Artinya, 16 destinasi masih “tertidur”, seperti:

  • Gunung Jati

  • Air Terjun Krondonan

  • Kampung Tumo

  • Gunung Watu

Ini bukan sekadar angka. Ini cerminan potensi yang belum tergarap. Jika tidak ada langkah nyata, destinasi ini akan terus terabaikan.

Growgoland: Bukti Bahwa Jika Mau, Bisa!

Di tengah banyaknya destinasi yang mati suri, Growgoland membuktikan sebaliknya. Dari 3.407 pengunjung (2017), tumbuh menjadi 35.654 pengunjung (2024). Kenaikan ini menunjukkan satu hal penting: dengan pengelolaan dan promosi yang serius, destinasi wisata bisa hidup dan berkembang.

Baca Juga :   Sapa Bupati Bojonegoro: Janji Keterlibatan dari Pemerintahan Baru dan Ujian Partisipasi Nyata

Ini menjadi pelajaran penting—jika satu tempat bisa berhasil, kenapa yang lain tidak? Jawabannya ada di komitmen pengelolaan, dukungan anggaran, dan kemitraan nyata dengan pelaku usaha.

Pariwisata Bojonegoro: Bukan Tambahan, Tapi Prioritas

Pariwisata Bojonegoro harus dilihat sebagai bagian penting dari ekonomi lokal, bukan sektor tambahan.
Jika ingin serius, Pemkab Bojonegoro perlu:

  • Mengelola destinasi secara berkelanjutan

  • Melibatkan masyarakat dan pelaku usaha secara nyata, bukan formalitas

  • Meningkatkan promosi agar berdampak langsung pada kunjungan

Langkah seremonial saja tidak cukup. Pemkab harus berani turun tangan langsung membangkitkan destinasi yang tertidur.

Di Era Pemimpin Baru, Waktunya Bangkit Bersama

Pariwisata bukan sekadar urusan angka. Ini soal identitas, kebanggaan, dan masa depan ekonomi Bojonegoro. Kini, di bawah kepemimpinan Setyo Wahono – Nurul Azizah, saatnya membuktikan bahwa Bojonegoro bukan hanya punya Kayangan Api, tapi juga semangat yang menyala untuk membangun pariwisata bersama.

Jangan biarkan potensi besar ini kembali tertidur. Mari bangkit bersama! Jadikan Bojonegoro Bahagia, Makmur dan Membanggakan

Penulis : Syafik

Sumber data : Satu Data Bojonegoro