Bojonegoro,damarinfo.com – Tahun 2024 seharusnya menjadi titik balik sektor pariwisata Bojonegoro. Anggaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melonjak drastis menjadi Rp 77,7 miliar — lebih dari tiga kali lipat dibanding rata-rata anggaran dua tahun sebelumnya yang hanya Rp 20–22 miliar.
Namun kenyataan berbicara lain. Realisasi anggaran justru anjlok ke 62,02%, terendah dalam enam tahun terakhir. Lebih mengejutkan lagi, jumlah kunjungan wisatawan malah menurun.
Kejutan di Atas Kertas, Kemandekan di Lapangan
Pada 2022–2023, anggaran Rp 20–22 miliar terserap hingga 86%, dan kunjungan wisata menunjukkan tren positif. Tetapi di 2024, semua itu berubah.
Anggaran besar tak otomatis menggerakkan sektor yang disebut sebagai penggerak ekonomi lokal.
Ini menjadi bukti nyata bahwa kenaikan anggaran tanpa perencanaan matang hanya berakhir di laporan, bukan di dampak nyata.

Destinasi Banyak, Tapi Banyak yang “Tertidur”
Tahun 2024, jumlah destinasi wisata tercatat 50 titik. Namun yang aktif menerima kunjungan hanya 34 destinasi. 16 lainnya tetap sepi — tanpa geliat, tanpa dampak ekonomi. Beberapa di antaranya bahkan dulu disebut sebagai prioritas, tapi tetap berstatus “tidur” — seperti Gunung Jati, Air Terjun Krondonan, dan Kampung Tumo.
Jumlah kunjungan wisata di tahun 2024 juga terjun bebas dibanding tahun 2023. Berdasar data kunjungan wisata Bojonegoro tahun 2023 jumlah wisatawan nusantara sebanyak 1,17 juta wisatawan dan ada wisatawan manca negara sebanyak 203 wisatawan. Namun tahun 2024 jumlah wisatawan nusantara hanya 296 ribu wisatawan dan hanya 2 orang wisatawan manca negara atau turun 75 persen.
Kontribusi ke PDRB: Naik Lambat, Lalu Stagnan
Pertumbuhan kontribusi sektor pariwisata (Sektor akomodasi, Makanan dan Minuman ) terhadap PDRB (Non Migas) Bojonegoro berjalan lambat:
-
2010: 1,5%
-
2019: 1,9%
-
2024: 2,0%
Hanya 0,5% pertumbuhan dalam 15 tahun.
Meski anggaran 2024 naik tajam, kontribusi sektor ini tetap stagnan di angka 2,0%. Ini memperjelas satu hal: anggaran besar tidak selalu berbanding lurus dengan dampak ekonomi.
Pelajaran Penting: Uang Banyak Tak Akan Berarti Tanpa Cara Kerja yang Berubah
Melihat ini, jelas ada satu pelajaran penting: Besarnya anggaran hanya bermakna jika diiringi pengelolaan yang efektif dan program yang berdampak. Kenaikan dana seharusnya membawa kegiatan yang menyentuh pelaku usaha dan masyarakat, bukan sekadar event seremonial atau kegiatan formalitas.
Tanpa perubahan pola kerja, anggaran besar hanya menjadi angka di laporan.
Tantangan Serius bagi Era Bupati Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah
Kini, kepemimpinan baru ini dihadapkan pada satu kenyataan:
Pariwisata Bojonegoro butuh perubahan nyata — bukan janji baru, bukan sekadar anggaran besar.
Mereka tidak cukup hanya menyalurkan dana,tapi harus memastikan bahwa anggaran benar-benar berdampak — kunjungan meningkat, ekonomi bergerak, dan pariwisata hidup di lapangan.
Akhir Kata: 2024 Adalah Alarm, Bukan Capaian
Bojonegoro tidak kekurangan destinasi. Yang dibutuhkan adalah kemauan memperbaiki pola kerja, berani berinovasi, dan meninggalkan pendekatan lama yang hanya mengandalkan acara seremonial.
Anggaran besar tidak boleh berakhir sebagai pemborosan.
Karena bila pola ini terus bertahan, pariwisata Bojonegoro akan tetap besar di anggaran, kecil di dampak.
Penulis : Syafik





