Tantangan lebih berat harus dihadapi petugas Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) Kecamatan Babat,Kabupaten Lamongan. Di antara keterbatasan personil, para penegak peraturan daerah ini membawahi wilayah cukup luas.
Juga kehidupan masyarakat yang kompleks. Petugas Trantib Babat menjadi garda penjaga ketentraman tapal batal Kabupaten Lamongan. “Kecamatan Babat merupakan kota kedua setelah Lamongan. Selain berada di batas daerah dengan Kabupaten Tuban dan Bojonegoro. Juga kerja ekstra untuk menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat,” kata Kasi Trantib Babat Kirdi kepada DamarInfo.Com, 1 Januari 2020.
Laiknya kota besar lainnya persoalan sosial harus dihadapi petugas trantib Babat lebih kompleks dari kecamatan lain di Kabupaten Lamongan. Dari persoalan anak jalanan (anjal), anak punk, pelajar, gelandangan dan pengemis (Gepeng), Pedagang Kaki Lima (PKL), dan lainnya.
Untuk menyelesaikan permasalahan, berbagai cara dilakukan pria yang tinggal di Desa Compreng, Kecamatan Widang, Tuban ini. Selain operasi berkala, Kirdi dan anggota sering ‘menyisir’ dan pedekatan persuatif selain juga menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.“Untuk persoalan gepeng dan anak-anak sekolah berkeliaran di jam pelajaran, kami gelar operasi gabungan,” ujar pria yang menjabat Kasi Trantib Babat sejak 31 Desember 2018 ini.
Khusus untuk penanganan anak sekolah, dirinya juga menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk selalu melakukan pengawasan kepada para siswa agar tidak keluyuran pada saat sekolah. “Cara ini cukup efektif karena jumlah anak-anak yang berkeliaran diluar jam sekolah bisa ditekan,”papar bapak dua anak beristrikan Iswahyuni ini.
Tantangan paling berat bagi petugas Trantib babat adalah persoalan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang saat ini jumlahnya semakin menjamur di kota wingko. Jumlah PKL yang berjualan disepanjang trotoar hingga sebagian badan jalan disepanjang jalan raya depan pasar Babat mencapai puluhan hingga menjadi biang kemacetan lalu lintas. Belum lagi PKL yang berjualan di sepanjang jalan strategis dalam kota Babat. “Sejauh ini kami melakukan pendekatan persuatif. Belum sampai menggelar operasi,” urai Kirdi.
Diakuinya sulitnya mengatasi persoalan PKL Karena keterbatasan personil Trantib Babat yang hanya berjumlah empat orang. Kirdi sudah mengajukan penambahan personil ke kantor Satpol PP Lamongan namun belum ada penambahan petugas.
Selama perayaan Natal dan Tahun Baru petugas Trantib Babat bersiaga penuh dalam pengamanan bersama petugas gabungan. Di Kecamatan Babat menjadi barometer ketertiban dan ketentraman di Kabupaten Lamongan.
“Walau harus bekerja ektra kami syukuri saja karena bisa turut memberikan kenyamanan kepada masyarakat dalam merayakan natal dan tahun baru,” tandas pria kelahiran 5 Juli 1973 ini.
Penulis :Totok Martono
Editor : Sujatmiko