Ngroewat di Tanah Jawa: Ritual Sakral yang Terekam dalam Arsip Kolonial Belanda

oleh 92 Dilihat
oleh
(Bupati Bojonegoro Setyo Wahono didampingi Wakil Bupati Bojonegoro Nurul Azizah menerima Gunurngan Wayang dari Dalang Ki Ngaesan Hadi Purwocarito, Khayangan Api Desa Sendang Harjo, Dander Bojonegoro, Jum'at 27-6-2025. Foto https://baghumas.bojonegorokab.go.id/berita/baca/512)

damarinfo.com – Saat ini kita sedang memasuki bulan Suro menurut penanggalan Jawa—sekaligus Muharram dalam kalender Hijriyah. Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro bukan sekadar pergantian waktu biasa. Ia adalah bulan sakral penuh makna spiritual, tempat banyak ritual tradisional digelar untuk membersihkan diri dari pengaruh gaib.

Salah satu ritual penting yang dilakukan saat itu adalah ruwatan, atau dalam bahasa Belanda disebut “ngroewat”. Ritual ini bertujuan untuk membebaskan seseorang dari gangguan roh jahat atau nasib buruk. Tradisi ini khusus diberlakukan bagi mereka yang memiliki status kelahiran tertentu—seperti anak tunggal, anak kembar, atau orang yang merasa hidupnya selalu diliputi kesialan.

Dokumen-dokumen masa kolonial Belanda membuktikan bahwa ritual ini telah lama menjadi bagian dari kehidupan spiritual masyarakat Jawa.

cover buku “”De Javaansche Geestenwereld en de betrekking, die tusschen de Geesten en de zinnelijke wereld bestaat”

Ngruwat dalam Catatan Peneliti Belanda

Pada tahun 1933–1934, seorang peneliti Belanda bernama H.A. van Hien mencatat secara lengkap praktik ngroewat dalam bukunya De Javaansche Geestenwereld…

Van Hien menggambarkan ngroewat sebagai upacara magis-religius untuk membebaskan manusia dari dunia gaib. Ia menyatakan bahwa tidak semua orang bisa dibebaskan dari roh jahat, karena Kaladewa kematian dan manifestasi Siwa—memiliki kuasa atas jiwa-jiwa yang dianggap miliknya.

Baca Juga :   Ketika Bojonegoro dan Tuban Ditarik ke Timur: Politik Wilayah Hindia Belanda 1928

Ritual ini dilakukan hanya jika penyakit fisik atau mental tidak bisa disembuhkan secara medis. Ini menunjukkan bahwa ngruwat bukan sekadar takhayul, tapi komunikasi simbolis antara manusia dan alam gaib.

Siapa yang Boleh Dibebaskan?

Tidak semua orang bisa menjalani ngroewat. Hanya mereka yang termasuk dalam kategori kelahiran khusus, seperti:

  • Anak boengkoes (lahir dengan ketuban utuh)

  • Anak ontang-anting (anak tunggal)

  • Anak kembar

  • Orang yang merusak benda keramat

Terdapat hingga 16 kategori orang yang harus diruwat, menunjukkan pentingnya takdir kelahiran dalam pandangan spiritual Jawa.

Sajen Khusus untuk Roh Jahat: Kala

Dalam keyakinan Jawa, Kala adalah roh utama yang harus diyakinkan agar membebaskan penderita. Oleh karena itu, sajen disiapkan dengan makna simbolis:

  • Toempeng nganggo iwak: permohonan keselamatan

  • Iwak lele hidup: lambang jiwa

  • Air dari dua sungai: pembersihan energi

  • Koepat dan camilan tradisional: simbol syukur

  • Daging mentah dan rempah: tumbal simbolis

Urutan Ritual Ngruwat Menurut Van Hien

  1. Persiapan Sajen

  2. Wayang Kulit “Moerwa-Kala”

  3. Upacara Pembersihan Diri

  4. Pembacaan 23 Mantra

  5. Penutupan dan Pantangan

Pembacaan 23 Mantra

Bagian penting dari ritual ini adalah pembacaan 23 mantra, yang dibacakan oleh dalang atau dukun. Setiap mantra mengandung doa, kekuatan simbolik, dan seruan spiritual kepada Kala dan para roh. Beberapa mantra yang tercatat dalam dokumen kolonial adalah:

“Poenika pawenang wenang, kaloewoeng toentang; ingsoen amoerba den wenang dening soekma!”

“Ong, poerwa janti, jogija janti; kaget hijang Mandhalagiri; den soerak para djawata, amidjilaken kasekten; ana banjoe teka lor iring, mili mangidoel, ngileni Bathari Sri; warda, wardi, dadi.”

“Ong, ri – ari; ja’na gada nedha boeta mati; dewa tapa kaget; sang Gana roemangkang kaget; sang boeta ngolangaling kaget; lab, loengaha, bok kesampar, bok kesandhoeng, bok kaoejoehan, kaidonan; Kala, lab loengaha, kae sasak teka!”

Mantra-mantra ini berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara manusia dan dunia roh, sekaligus permohonan pembebasan dari kekuatan jahat.

Baca Juga :   Ketika Dua Tanggal Bertemu: Menelusuri Ulang Hari Lahir Bojonegoro

Makna Spiritual yang Masih Relevan

Meskipun zaman berubah, ritual ngruwat masih dilestarikan di sebagian masyarakat Jawa. Tradisi ini mencerminkan keselarasan antara manusia, alam, dan Tuhan.

Catatan Van Hien menjadi saksi bagaimana dunia roh dan spiritualitas lokal tetap hidup, bahkan di bawah pemerintahan kolonial Belanda.

“Dari catatan masa lalu kita belajar: bahwa tradisi seperti ngruwat adalah warisan budaya yang layak dihargai dan dilestarikan.”

Penulis : Syafik

Sumber : Buku ““De Javaansche Geestenwereld en de betrekking, die tusschen de Geesten en de zinnelijke wereld bestaat”  diunduh dari delpher.nl, diterjemahkan dengan chat.qwen.ai