damarinfo.com – Ketika berbicara soal pariwisata, tak selalu yang penting adalah siapa yang datang. Ada satu sisi lain yang sering terabaikan: siapa yang pergi, dan ke mana mereka bergerak. Data Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara berdasarkan asal kabupaten/kota di Jawa Timur membuka potret menarik: warga Bojonegoro tetap aktif bergerak untuk berwisata sepanjang lima bulan pertama tahun 2025, bahkan saat sebagian besar daerah lainnya menunjukkan tanda-tanda stagnasi, bahkan penurunan.
Jawa Timur: Mobilitas Turun di Awal 2025
Sepanjang Januari hingga Mei 2024, warga Jawa Timur melakukan lebih dari 100 juta perjalanan wisata antarwilayah dalam provinsi. Tapi di periode yang sama tahun 2025, angkanya merosot. Hampir semua daerah mengalami penurunan.
Kota-kota besar seperti Surabaya, Malang, dan Sidoarjo menyumbang penurunan terbanyak. Entah karena faktor ekonomi pasca Pemilu, cuaca yang tak mendukung, atau naiknya biaya hidup, wisata tak lagi jadi prioritas utama di awal tahun.
Namun, tak semua kabupaten ikut surut.
Bojonegoro: Stabil, Meski Tak Melonjak
Warga Bojonegoro mencatat 2.348.441 perjalanan wisata pada Januari–Mei 2025. Angka ini naik tipis dibanding periode yang sama di 2024 yang berada di angka 2.333.272 perjalanan.
Kenaikan 15.169 perjalanan ini memang tak mencolok secara angka absolut, tapi di tengah tren provinsi yang cenderung menurun, ini adalah sinyal positif: warga Bojonegoro tetap menjaga ritme mobilitas wisatanya.
Dibanding Tetangga: Siapa yang Lebih Dinamis?
Mari bandingkan Bojonegoro dengan empat tetangga terdekatnya: Lamongan, Tuban, Nganjuk, dan Ngawi.
| Kabupaten | Total Jan–Mei 2024 | Total Jan–Mei 2025 | Selisih | Tren |
|---|---|---|---|---|
| Bojonegoro | 2.333.272 | 2.348.441 | ▲ +15.169 | Stabil naik |
| Lamongan | 2.986.799 | 2.875.726 | ▼ -111.073 | Menurun |
| Tuban | 2.043.938 | 2.187.662 | ▲ +143.724 | Naik |
| Nganjuk | 2.291.446 | 2.136.654 | ▼ -154.792 | Menurun |
| Ngawi | 1.795.784 | 1.693.656 | ▼ -102.128 | Menurun |
Tuban mencatat lonjakan tertinggi, mencapai lebih dari 143 ribu perjalanan tambahan. Sementara Lamongan dan Nganjuk justru mengalami penurunan tajam, padahal selama 2024 mereka lebih aktif dibanding Bojonegoro.
Fakta ini membalik peta lama. Jika biasanya Lamongan dan Nganjuk lebih unggul dalam hal mobilitas wisatawan, kini Bojonegoro mulai mengejar, bahkan melampaui Ngawi.
Puncak dan Lembah: Kapan Warga Bojonegoro Paling Banyak dan Sedikit Bepergian?
Dari data Januari–Mei 2025, terlihat bahwa:
-
Bulan dengan perjalanan wisata terbanyak:
April 2025, dengan 663.148 perjalanan
Ini wajar, karena bertepatan dengan musim libur Lebaran dan cuti bersama. -
Bulan dengan perjalanan wisata paling sedikit:
Februari 2025, dengan 370.264 perjalanan
Bulan pendek, cuaca sering hujan, dan tidak ada momen libur panjang menjadi faktor utamanya.
Catatan Kritis: Wisata Tak Selalu Soal Destinasi
Penting dicatat: data ini bukan soal banyaknya wisatawan yang datang ke Bojonegoro, melainkan tentang warga Bojonegoro yang pergi berwisata ke wilayah lain di Jawa Timur.
Artinya, tingkat mobilitas ini juga bisa menunjukkan daya beli, kesadaran rekreasi, serta akses transportasi warga. Dalam konteks pembangunan sosial, stabilnya mobilitas warga Bojonegoro adalah indikator bahwa ekonomi masyarakat tak stagnan meski ada tekanan fiskal di tingkat daerah.
Mengelola Mobilitas, Membaca Arah Perubahan
Di tengah tantangan fiskal yang membayangi banyak kabupaten/kota, data seperti ini menyodorkan satu pengingat: mobilitas adalah cermin daya tahan masyarakat. Warga Bojonegoro tetap bergerak, tetap jalan-jalan, meski tak semasif kota besar lain.
Kini tantangannya adalah mengelola arus keluar ini menjadi kekuatan balik—bagaimana agar mereka tak hanya menjadi wisatawan, tapi juga mengajak lebih banyak orang datang ke Bojonegoro.
Karena dalam dunia wisata, siapa yang datang penting, tapi siapa yang pergi tak kalah bermakna.
Penulis : Syafik
Sumber data :BPS Jawa Timur





