Mitos dan Fakta Gerakan Samin: Kesalahpahaman Sejarah tentang Perlawanan Rakyat

oleh 116 Dilihat
oleh
Paslon Cabup-Cawabup Setyo Wahono dan Nurul Azizah saat berkunjung di Kampung Samin Margomulyo

damarinfo.com -Gerakan Samin yang didirikan oleh Soerontiko Samin sering kali dipahami secara keliru. Banyak orang mengira bahwa pengikutnya adalah orang-orang yang malas bekerja, menolak membayar pajak, dan hidup dalam keterpencilan. Namun, jika melihat lebih dalam pada laporan penyelidikan kolonial, ajaran Samin ternyata jauh lebih kompleks dari sekadar perlawanan terhadap aturan pemerintah.

Salah satu kesalahpahaman terbesar adalah anggapan bahwa Saminis menolak bekerja. Faktanya, dalam laporan Residen Rembang tertanggal 4 Maret 1907, disebutkan bahwa para pengikut Samin tetap menjalankan kehidupan bertani seperti biasa. Mereka hanya menolak aturan kolonial yang mereka anggap tidak adil, seperti pajak tambahan, kewajiban kerja paksa, dan berbagai bentuk kontribusi desa yang semakin membebani masyarakat kecil.

Mitos lain yang berkembang adalah bahwa Saminis menolak berbicara dengan pejabat dan lebih memilih memberikan jawaban yang membingungkan. Dalam laporan penyelidikan, disebutkan bahwa mereka memang sering menjawab dengan permainan kata atau bahkan diam. Ini bukan karena mereka tidak mengerti atau bodoh, tetapi sebagai bentuk perlawanan pasif. Mereka memahami bahwa dengan memberikan jawaban yang sulit dimengerti, aparat kolonial akan kesulitan menjalankan kebijakan yang memberatkan mereka.

Selain itu, sering kali muncul anggapan bahwa Gerakan Samin adalah sebuah sekte yang menolak agama. Padahal, laporan kolonial menyebutkan bahwa pada awal perkembangannya, pengikut Samin masih menjalankan tradisi Islam seperti biasa. Mereka hanya menolak aturan administratif yang berkaitan dengan agama, seperti biaya pernikahan yang ditetapkan pemerintah dan pencatatan resmi pernikahan, karena mereka menganggap itu sebagai bentuk pemaksaan dari kolonial.

Baca Juga :   Mentjari Bodjonegoro Pengikut Samin Soerosentiko  yang Ikut Diasingkan. Siapa Saja?

Gerakan ini juga kerap disalahpahami sebagai gerakan anarkis yang menolak segala bentuk pemerintahan. Namun, dalam berbagai catatan kolonial, tidak ditemukan bukti bahwa mereka melakukan kekerasan atau merusak tatanan masyarakat. Sebaliknya, mereka tetap hidup berdampingan dengan penduduk desa lainnya dan hanya menolak kebijakan yang dianggap merugikan, seperti pajak tanah, pajak penyembelihan hewan, dan pungutan desa lainnya.

Kesalahpahaman lain adalah anggapan bahwa Saminisme telah punah setelah pengasingan Soerontiko Samin pada tahun 1907. Laporan Residen Rembang pada tahun 1914 menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar pemimpin utama telah diasingkan, ajaran Samin tetap bertahan di berbagai desa, terutama di daerah Blora, Bojonegoro, dan Grobogan. Bahkan, beberapa pengikutnya masih berusaha melanjutkan perlawanan pasif mereka terhadap aturan kolonial.

(Sekelompok Saminis yang  Diasinkan. Berdiri (dari kiri ke kanan):
Kartogolo, Ronodikromo, dan Soerjani.
Duduk (dari kiri ke kanan): Soredjo, Soerontiko Samin, dan Singotirto.)

Dari semua mitos yang berkembang, jelas bahwa Gerakan Samin bukan sekadar penolakan pajak atau tindakan pembangkangan semata. Mereka memiliki prinsip yang jelas dalam menentang ketidakadilan, tetapi tetap dengan cara damai dan tanpa kekerasan. Cara mereka menghadapi kolonialisme dengan pasifisme dan keteguhan hati menunjukkan bahwa bentuk perlawanan tidak selalu harus dengan senjata.

Baca Juga :   Mentjari Bodjonegoro Nama Bupati Bojonegoro tahun 1937, Beda dengan Berita Koran Belanda

Hingga hari ini, nilai-nilai Saminisme masih dapat ditemukan dalam masyarakat tertentu. Sikap jujur, sederhana, dan menolak ketidakadilan tetap menjadi pegangan bagi mereka yang meneruskan semangat ajaran Soerontiko Samin. Sejarah ini menjadi pengingat bahwa perlawanan bisa dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan keteguhan dalam prinsip dan sikap diam yang penuh makna.

Disklaimer :”Tulisan ini adalah ringkasan dari Bab I Buku “VERSLAG BETREFFENDE HET ONDERZOEK IN ZAKE DE SAMINBEWEGING” yang ditulis dalam bahasa belanda, dan diterjemahkan menggunakan chatgpt.com. Jadi tidak bisa di andalkan 100 persen.

Penulis : Syafik

Sumber buku : “HOOFDSTUK I. HET ONTSTAAN EN DE UITBREIDING VAN DE SAMINBEWEGING, “VERSLAG BETREFFENDE HET ONDERZOEK IN ZAKE DE SAMINBEWEGING”  INGESTELD INGEVOLGE HET GOUVERNEMENTS BESLUIT VAN 1 JUNI 1917 No. 20. BATAVIA – LANDSDRUKKERIJ 1918.

(BAB I. ASAL-USUL DAN PERLUASAN GERAKAN SAMIN. “LAPORAN MENGENAI PENYELIDIKAN TENTANG GERAKAN SAMIN” Dibentuk berdasarkan Keputusan Pemerintah tanggal 1 Juni 1917 No. 20, Batavia – Percetakan Pemerintah 1918)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *