Damarinfo.com – Dalam Laporan Triwulan (Januari, Februari dan Maret 1910) dari Komite di Hindia Belanda untuk Penelitian Arkeologi di Jawa dan Madura menyebutkan salah satu anggotanya bernama J. Kneebel mengunjungi makam Sunan Bonang di Tuban Didampingi oleh Raden Mas Adipati Aria Tjakranagara, Bupati Blora dan Raden Adipati Kusumadigda, Bupati Tuban. J Kneebel mendapatkan penjelasan bahwa Dalam cungkup yang ada di kompleks makam tersebut, dimakamkan;
- Pangeran Makdoem Ibrahim atau dikenal dengan nama Soesoehoenan Wagdad Anjakra koesoemo (sunan wahdad anyakrakusumo)
- Kjahi Ageng Batabang
- Kjahi Ageng Brasit
- Kjahi Ageng Maloka
Di sekitar cungkup dimakamkan
- Toemenggoeng Wilatikta Boepati Toeban
- Danareja, Penghoeloe Toeban
- Kjahi Bahaodin, Penghoeloe
- Kjahi Jajadi
- Raden Toemenggoeng Koesoemo di Ningrat Boepati Toeban
Dan beberapa nama yang tidak diketahui. Pendiri makam Sunan Bonang adalah Soesoehoenan Koedoes.
Selain itu juga disampaikan bahwa Sunan Bonang memiliki dua pusaka, yang pertama adalah keris yang bernama djengkrong atau keris Kjahi Betok atau Keris Kjahi Penggarit, Keris ini dibuat oleh Empoe Soero putra dari Empoe Soepo yang merupakan guru dari Soenan Bonang. Ki Soero sendiri sudah masuk islam dan menjadi guru dari Soenan Giri.

Keris tersebut dibuat pada tahun yang sama dengan pembangunan masjid Tjirebon, yang ditulis dengan kata-kata: munggal-mangil-murub-buddha, atau dinyatakan dalam angka I—3—3—1 atau, dalam perhitungan waktu masehi adalah tahun 1419/1420. Kesaktian Keris itu pernah di coba dimasukan ke dalam sebuah rawa dan hasilnya ikan dalam rawa tersebut mati semua.
Pusaka kedua mililk Soenan Bonang adalah Al Quran sangat kecil dengan berat 90 gram, tinggi kitab 6 1/2 cm. Lebar 5 cm tebal 4 cm. Tertulis di akhir Al Qur an ini dalam bahasa arab yang artinya, diserahkan pada Kamis, 12 Djumadilawal tahun 945 tahun wawoe 1457, atau dalam kalender eropa: 15 Oktober 1538
Kedua benda tersebut pada waktu itu dimiliki oleh Raden Toemenggoeng Prawirajoeda, Bupati Blora, yang kedua, selanjutnya diwariskan kepada putranya Raden Adipati Tirtanagara Bupati Blora ke 3, berikutnya diwariskan kepada R. Toemenggoeng Aria Tjakranagara;Bupati Blora ke 4, kemudian diwariskan kepada Raden Mas Adipati Tjakranagara, Bupati Blora ke 5 dan terakhir kepada anaknya, Raden Mas Adipati Aria Tjakranagara, Bupati saat itu (Mei Tahun 1910)..
Penulis : Syafik
Sumber : Rapport over Januari, Februari en Maart 1910 Van De Commissie in Nederlandsch=lndië voor Oudheidkundig Onderzoek op Java en Madoera. (di download dari laman Delpher.nl)