Damarinfo.com – Alal Bahalal begitu masyarakat jawa khususnya di zaman Belanda menyebutkan Halal Bi Halal di zaman sekarang. Sebuah tradisi masyarakat islam di Nusantara saat merayakan hari raya idul fitri. Yakni dengan saling berkunjung ke kerabat, tetangga, handai taulan untuk bersilaturrahmi dan bermaaf maafan.
Tradisi alal bahalal ini menarik perhatian para pendeta katolik di Indonesia, setelah melihat hal positif dari acara ini, para pendeta memutuskan untuk mengadopsi tradisi ini saat perayaan Natal.
Hal ini ditulis dalam koran berbahasa belanda De Locomotief edisi 28-12-1927, dalam tulisan berjudul “Kerstuitvoering van de K. W.” Jika diartikan dengan google translate “Perayaan Natal K.W”
Didalam artikel ini ditulis “Van oudsher bestaat bij de Javanen de traditie, dat zij eens per jaar bloedverwanten en kennissen opzoeken om elkaar vergiffenis te vragen voor hun beleedigingen en fouten. De Mohammedanen kiezen daarvoor een van hun grootste feestdagen: „de Bakdo.” Ze verrichten alsdan op dien dag de „al al bahalal” en ook de daarop volgende dagen staan in het teekenvan de onderlinge verzoening.”
(Tradisi Jawa sejak lama adalah bahwa mereka mengunjungi kerabat dan kenalan setahun sekali untuk saling meminta maaf atas penghinaa dan kesalahan mereka. Orang-orang Mohammedan (umat islam) memilih salah satu hari libur terbesar mereka: “Bakdo.” (Sebutuan untuk hari Raya Idul fitir). Mereka kemudian melakukan ‘al al bahalal ‘ pada hari itu dan hari-hari berikutnya juga ditandai dengan saling berbaikan)

Dalam tulisan berikutnya ditulis “Inziende, dat die mooie traditie zeer goed vereenigbaar is met de Katholieke beginselen, ja zelfs geheel in overeenstemming daarmee, zoo hebben de Kath. Javanen in hun bonden (P. K. W. en K. W.) besloten, die oude gewoonte getrouw te blijven en den bij uitstek geschikten Kersttijd gekozen, om de “alal-bahalal” te verrichten. Zoo organiseerde de K. W. van Solo voor de katholieken van het gewest Solo op 25 Dec. jl. een gezelligen avond, om hen allen bij elkaar te brengen. Ook de besturen van de K. S. B. en de Melania-vereeniging waren daartoe uitgenoodigd.
(Menyadari bahwa tradisi yang baik ini sangat sesuai dengan prinsip-prinsip Katolik, bahkan sangat sesuai dengan mereka, Kath. Orang Jawa dalam serikat mereka (P.K.W. dan K.W.) memutuskan untuk tetap berpegang pada kebiasaan lama itu dan memilih waktu Natal yang paling cocok untuk melakukan “alal-bahalal”. Zoo menyelenggarakan K.W. van Solo untuk umat Katolik wilayah Solo pada 25 Des. malam yang menyenangkan untuk menyatukan mereka semua. Dewan KSB dan Asosiasi Melania juga diundang)
De “alal bahalal” werd na het welkomstwoord van den voorzitter van het feestcomité door dezen verricht. Daarna werd een in ‘t Javaansch geschreven tooneelstuk opgevoerd, dat achtereenvolgens de voornaamste gebeurtenissen rond Christus’ geboorte te aanschouwen gaf. Er werd keurig gespeeld en een woord van lof mag dan ook aan spelers en leiders niet onthouden worden. Aan het slot wekte één der comitéleden de vereenigde Katholieken op tot meerderen steun aan de Missie. Hij zette o.a. nog eens duidelijk het doel uiteen van het „Van Lithfonds.” Bovendien werd door hem het idee opgeworpen om te Solo gelden in te zamelen om te geraken tot den bouw vaneen eigen kerkje voor de Javaansche Katholieken en werd door hem gewezen op het schitterende voorbeeld van Medari. Solo tnocht in dezen ook niet ten achter blijven. Pastoor Koch dankte de spelers voor hun prestaties en de aanwezigen voor hun trouwe opkomst en sloot deze welgeslaagde en prettige bijeenkomst.”
( alal _bahalal” dilaksanakan terakhir setelah sambutan dari ketua panitia festival. Sebuah lakon yang ditulis dalam bahasa Jawa kemudian dipentaskan, yang berturut-turut menggambarkan peristiwa-peristiwa utama seputar kelahiran Kristus. Permainan itu rapi dan kata pujian tidak boleh disembunyikan dari pemain dan pemimpin. Pada akhirnya, salah satu anggota komite membangkitkan umat Katolik yang bersatu untuk memberikan dukungan yang lebih besar kepada Misi. Antara lain, dia dengan jelas menjelaskan tujuan dari “Van Lithfonds.” Selain itu, ia mengangkat ide mengumpulkan uang di Solo untuk membangun sebuah gereja kecil bagi umat Katolik Jawa, dan ia menunjuk contoh yang bagus dari Medari. Solo juga tidak ketinggalan dalam hal ini)
Penulis : syafik