Mentjari Bodjonegoro
Tiong Hoa dan Persatuan Sepak Bola Bojonegoro

oleh -86 Dilihat
oleh
(aloon-aloon bodjonegoro tahun 1933. Sumber : Majalah Locale Techniek Tahun 1933)

Damarinfo.com –Persatuan Sepak Bola Indonesia Bojonegoro (Persibo) diyakini lahir pada tanggal 12 Maret 1949, dan pada tahun 2024 ini Persibo berusia 75 tahun. Untuk memperingati hari bersejarah tersebut bakal digelar perayaan di Alun-alun Bojonegoro pada tanggal 9-Maret-2024, salah satu acaranya adalah penyerahan Bus untuk operasional Persibo dari Nurul Azizah yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda).

Namun jauh sebelum itu, pada zaman penjajahan Belanda sepak bola Bojonegoro sudah eksis dan sering mengikuti kompetisi-kompetisi tingkat regional maupun nasional. Salah satu kesebelasan sepak bola yang diperhitungkan waktu itu adalah Bodjonegoro Voetbal Bond (Persatuan Sepak Bola Bojonegoro) atau disingkat BVB. Yang menarik dari kesebelasan ini adalah para pemainnya yang ternyata lebih banyak dari etnis Tiong Hoa.

Sebuah berita dari koran Swara Publiek edisi Rebo, 9 Juli 1930 menyajikan pertandingan antara kesebelasan  BVB melawan Kesebelasan GAM dari Lasem dengan judul “Voetbal di Bodjonegoro”

Di awal berita dituliskan “B.V.B sebagaiman orang taoe, jaitoe ada namanja satoe perkoempoelan voetbal di Bodjonegoro jang baroe sadja diberdiriken atas keroekoenannja bangsa Tionhoa dan Indonesier. Meski begitoe orang toh banjak poeji atas kemajoeannja itoe perkoempoelan”

Pada pertandingan ini B.V.B menurunkan pemain indonesier Soebroto (kiper), Soemarto , Soeroko, Garwo dan Marapani. Selain itu diisi oleh pemain etnis tiong hoa yaitu Ping Hwan, Kiem Kie, Wie Tjiang, Tien Hway,  Tok Khing dan Oen Jiang.Sebenarnya masih ada dua pemain Tiong Hoa yang terpaksa tidak dapat ikut yakni Thian Ping dan Tjong hoen.

(Tangkapan Layar potongan surat kabar Swara Publiek edisi Rebo, 9 Juli 1930, halaman 7 )

Selanjutnya disampaikan laporan jalannya pertadingan yang digelar di Lapangan Alun-alun Bojonegoro ini. “Djam setengah 5 percies sesudahnya oleh referee (Wasit)  kedoe fihak poenya spelers (pemain) dipanggil masoek dengan tioepan fluit, kita lihat B.V.B memajoekan opstelingnya (susunan pemain)”

Baca Juga :   Kejadian Persibo Bojonegoro Nyaris Sama dengan PSIS Semarang

Berita di koran yang redaksinya berada di surabaya itu, juga menggambarkan bagaimana riuhnya suasa alun-alun Bojonegoro waktu itu, digambarkan gemuruhnya para pendukung bagaikan suara guntur. Dilanjutkan laporan tentang jalannya pertandingan, hingga babak pertama berakhir kedudukan masih 0-0. Setelah babak kedua baru mulai sebentar pada pukul setengah enam B.V.B mampu mencetak gol, kedudukan berubah menjadi 1-0 untuk B.V.B. Para penonton pun bersorak dan karena teralu gembira, anak-anak kecil pun masuk ke tengah lapangan. Hingga babak kedua berakhir skor tetap 0-2 untuk B.V.B.

Baca Juga :   Rajekwesi International Stadium (RIS),Mimpikah?

Ternyata etnis Tiong Hoa di Bojonegoro pernah mewarnai persepak bolaan di Bojonegoro pada zaman penjajahan Belanda.

Penulis : Syafik

Sumber : surat kabar Swara Publiek edisi Rebo, 9 Juli 1930. Diunduh dari (https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/SWARA_PUBLIEK_No_149_Tahun_69_1930_07_09_001.pdf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *