Damarinfo.com – Mengungkap Sejarah Indonesia sebelum kehadiran penjajah menjadi lebih sulit, pasalnya bukti-bukti sejarah sebelum hadirnya kolonial belanda banyak yang “dicuri” oleh Belanda. Bisa jadi sebagian besar saat ini berada di museum-museum di Belanda.
Pada saat Belanda masuk ke Indonesia, tidak hanya misi dagang dan kekuasaan, tetapi juga misi keilmuan, baik itu pertanian, sosial, agama, dan budaya, termasuk ilmu sejarah. Bisa dipastikan pada abad 18, budaya keilmuan Belanda jauh lebih maju dari Indonesia. Ini yang menyebabkan mereka punya minat yang kuat untuk meneliti sejarah Indonesia, termasuk di Bojonegoro.
Pemerintah Belanda pada saat itu melakukan eksplorasi situs-situs purbakala di Indonesia, yang selanjutnya dilakukan penelitian terhadap temuan tersebut. Barang-barang purbakala yang dapat diangkut, maka akan dibawa ke Batavia (Jakarta) atau dibawa ke Belanda.
Dari laman archive.org, terdapat puluhan salinan dokumen laporan dinas purbakala belanda, sebuah contoh adalah Laporan Dinas Purbakala tahun 1915 yang berisi inventaris Barang Purbakala Hindu yang ditulis oleh Ahli Purbakala Hindu dari Belanda DR. R.D.M. Verbeek yang kala itu Dinas Purbakala dipimpin oleh DR. F.D.K. Bosch.
Dalam buku Tweede deel (Bagian Kedua) ini, salah satunya adalah laporan inventaris benda-benda purbakala yang ditemukan di Afdeeling (Kabupaten) Bodjonegoro (tertulis Bodjanegara) masuk wilayah Residentie (Karesidenan) Rembang.
Dalam buku tertulis (seperti dalam tangkapan layar berikut)
Jika diartikan dengan google translate
Di pekarangan kabupaten, dikumpulkan benda-benda purbakala yakni sebuah yoni, (lumpang) dari Desa Sajang (lihat No. 1552), sebuah Arca Wisnu dan Sebuah yoni dari Toeri gede(lihat No. 1553), beberapa lumpang dari Bogangin (lihat No. 1558), Ganeca dan sebuah galah dari Kalangan (lihat No. 1565), sebuah Arca Mahadewa, sebuah Ganeca dan dua lingga dari Ngela (lihat No. 1566), sebuah lumpang dari Maling mati (lihat No. 1567), kendi dari Kloempang (lihat No. 1570) dan balok batu berukir dari Banaredja (lihat No. 1571).
Setelah itu dituliskan tentang temuan di masing-masing district, di antaranya adalah;
District Baoerena (Baureno) yakni di desa Sajang, yakni penemuan lumpang. Di desa Toerigede ditemukan Arca Wisnu kecil berlengan empat dengan kaki patah dan potongan yoni (Lumpang) pecah, dari padukuhan saban. Berikutnya di Gondang (kala itu masuk district Baoerena) Di hutan Ngloejoe dulunya terdapat dua arca Ganeca, satu Nandi dan sebuah batu dengan tahun 1294; patung Durga dengan tahun 1313. Berada di Museum di Batavia.
Distrik Pelem (Kedoeng Banda, Bebet, Bogangin). Di desa Kedoeng Banda ditemukan Dekorasi emas yang dibawa ke Museum di Batavia
Distrik Padangan (Padangan, Batokan, Kelina, djipangoeloe, Banyoe oerip). Di Desa Djipangoeloe di hutan djati terdapat temuan sisa-sisa bangunan dengan susunan batu yang disebut batu Madjapahit yang rusak karena pekerjaan Solo Vallei pada waktu itu. Di desa Banyoe Oerip juga ditemukan sisa-sisa bangunan yang sama. Dan di desa Kelina ada patung manusia yang diberi nama Kjahi Derpo yang hilang sejak tahun 1882.
Distik Tambakredjo (Kalangan, Ngela, Malingmati, Sekar). Di Desa Ngela ditemukan sebuah Arca Mahadewa besar dengan tengkorak di mahkota; selanjutnya Ganeca kecil, alas besar, dua lingga dan sebongkah batu bata, mungkin dari sebuah kuil yang dulu berdiri di sini. Di Desa Sekar ditemukan plat tembaga yang disebut sebagai Prasasti Nglawang.
Distrik Ngoempak (Beget, Kloempang, Banaredja) . Di Desa Banaredja ditemukan Sebongkah batu berbentuk limas terpotong, bersisi empat, berdiri di atas; dengan dihiasi zgden (karangan bunga), di permukaan atas a relief tinggi (mungkin mahakarya meroe).
Banyak sekali temuan-temuan barang-barang purbakala pada jaman penjajahan, salah satu upaya untuk menggali sejarah Bojonegoro adalah dengan mendatangi museum-museum di Belanda untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Disclaimer : Diterjemahkan dengan google translate sehingga perlu penyempurnaan untuk memahami arti yang sesungguhnya.
Penulis : Syafik