Mentjari Bodjonegoro
Peristiwa Aneh Jelang Wafatnya Boepati Bodjonegoro Tritonoto I

oleh -
oleh
(Gedung kabupaten Bodjonegoro Tahun 1933. Gambar diambil dari sudut yang lain. Sumber : Majalah LOCAL TECHNIEK TECHNISCH ORGAAN VAN DE VEREENIGING VOOR LOCALE BELANGEN. Edisi Tahun ke 2 No 3, Juli 1933)

Damarinfo.com – Raden Adipati Tirtonoto menurut catatan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro adalah Bupati Bojonegoro ke 17, yang memerintah pada mulai tahun 1844 – 1878. R. Tirtonoto menggantikan Bupati Bojonegoro sebelumnya R. Adipati Djojonegoro.

Raden Adipati Tirtonoto digambarkan sebagai pribadi yang  sholeh, selalu melaksanakan sholat berjama’ah, berpuasa secara rutin dan menjalankan tugasnya sebagai bupati dengan adil. Gambaran pribadi Bupati yang memerintah selama 34 tahun di Bojonegoro ini diungkapkan oleh Koran Berbahasa Belanda “Soematra-Courant” edisi 28-Mei-1878.

Pada edisi tersebut, Soematra-Courant mengutip berita dari Koran Slompret Melajoe yang memberitakan tentang wafatnya Bupati Bojonegoro R. Adipati Tirtonoto. Selain berita tentang pemakaman, juga ditulis biografi  R. Adipati Tirtonoto dan peristiwa yang mengiringi meninggalnya Bupati yang jenazahnya dimakamkan pada tanggal 8 April 1878 itu.

Selama hidupnya R. Adipati Tirtonoto berkarir sebagai pegawai negeri selama  53 tahun, di antaranya adalah menjabat sebagai Bupati di Kabupaten Bojonegoro selama hampir 34 tahun (184401878)

Baca Juga :   Mentjari Bodjonegoro September, Bulan Istimewa untuk Bojonegoro
(Potongan Artikel di Soematara Courant, Edisi 25-5-1878. Tangkapan Layar. Sumber : delpher.nl)

Tulisan di Koran De Slompret Melajoe itu memberikan penghargaan dan  penghormatan terdalam kepada R. Adipati Tirotonoto,  memberi penghormatan atas jasa besarnya sebagai warga negara dan pejabat, dibuktikan dengan fakta bahwa R. Tirtonoto telah secara berturut-turut dianugerahi banyak penghargaan dari Pemerintah Belanda yang diberikan kepada pejabat pribumi.

Dengan gaya hidup yang sederhana, Raden Adipati bekerja tanpa mengenal lelah, tidak pernah tidur lebih dari 8 jam dalam sehari, selalu menjalankan  puasa, dan selalu menjalankan sholat lima waktu dan kewajiban agama lainnya. Raden Adipati selalu memakai pakaian tradisonal jawa. Selain itu Raden Adipati selalu patuh pada larangan Sunan Kudus sejak jaman dulu, salah satunya tidak pernah makan daging.

Baca Juga :   Mentjari Bodjonegoro Menelusuri Jejak Sepak Bola Bodjonegoro di Masa Kolonial

Peristiwa aneh sebelum Raden Adipati meninggalnya di antaranya adalah Perkutut kesayangannya mati sehari sebelum wafatnya Sang Bupati. Berikutnya  seekor kuda tunggangan kesayangannya tiba-tiba jatuh selama Raden Adipati sakit, dan juga pohon mangga yang ditanam sendiri, yang buahnya hanya dimakan Bupati, layu hampir bersamaan tanpa diketahui penyebabnya.

Penulis : Syafik

Sumber : Sumatra-courant : nieuws- en advertentieblad Edisi 28-05-1878 (Diunduh dari laman delpher.nl/ Minggu 12-2-2022, pukul 09.00 WIB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *