Damarinfo.com – KH. Abdul Djabbar Bin Kadiyun Bin Wirosari (Kudo Leksono) dilahirkan pada tahun 1241 H dan wafat pada tahun 1325 H atau 1325 M dalam usia 84 tahun.
Pada masa kecilnya, KH. Abdul Djabbar bernama Ngabidin dari kata -kata ‘Abid, diberinya nama itu oleh orang tuanya agar benar-benar menjadi manusia yang beribadah dengan baik.
Di masa mudanya beliau bekerja pada kantor Kabupaten Sedayu (yang sekarang menjadi Kabupaten Gresik) sebagai salah seorang pegawai yang dicintai oleh Kanjeng Bupati, karena ketekunan dan kecakapan dan amanahnya.
Namun oleh suatu hal, terpaksa beliau berhenti dari pekerjaan itu, kemudian beliau pergi ke daerah Sidoarjo, tepatnya yaitu di desa Ngelom – Sepanjang untuk menuntut ilmu dalam suatu pondok pesantren yang ada disitu. Kemudian melanjutkan di Tugu Kedawung Kabupaten Pasuruan.
Setelah cukup dalam menuntut ilmu, beliaupun kembali ke daerahnya dan menikah dengan Mbah Nursimah, putri dari Kyai Idris, Kebondalem Boureno Bojonegoro.
Setelah berkeluarga, beliau membuka sebidang tanah yang masih merupakan hutan kecil di tengah – tengah desa Sembungan Kidul Kecamatan Dukun. Kemudian mendirikan sebuah rumah yang amat sederhana untuk tempat tinggal suami-istri. Dan diberilah nama daerah itu dengan Maskumambang. Dari asal kata mas dan kambang kata dari bahasa jawa artinya mengapung. Konon diberinya nama tersebut tidak lain karena daerah itu semula hutan yang lebat tanpa dipelihara namun akhirnya menjadi daerah yang indah, subur tempat mencari ilmu, seakan-akan mas yang mengambang.
Pada tahun 1281 H bertepatan 1859 M KH. Abdul Djabbar mendirikan Pondok Pesantren Maskumambang, awalnya hanya mendidik masyarakat sekitar Maskumambang, dan itupun terbatas pada pelajaran Al-Qur’an dan tafsir, serta fiqih. Metode yang dipergunakan juga masih terbatas pada metode sorogan, bandongan, dan halaqoh kemudian berdatangan santri dari luar daerah.
KH. Abdul Djabbar dikaruniai 10 orang anak yaitu, KH. Rois, Nyai Hj. Alimah, KH. Abu Dzarrin, KH. Faqih, KH. Atqon, KH. Sjahid, Nyai Hj. Muhsinah, KH. Harun, KH. Ahmad Muhtadi, KH. Abdullah Musta’in.
Istri KH. Moh. Sholeh pendiri dan pengasuh Ponpes Attanwir adalah Nyai Hj. Rohimah anak dari Nyai Hj. Muhsinah dan KH. Ali Bin Abdul Muhyi. yaitu anak ke tujuh KH. Abdul Djabbar, Sementara KH. Faqih anak ke empat KH. Abdul Djabbar yang tidak lain adalah sang kiyai KH. Moh. Sholeh yang kemudian juga menjadi pamannya.
Setelah KH. Abdul Djabbar wafat, pesantren Maskumambang diasuh oleh putra-putra beliau terutama KH. Faqih dan dibantu oleh putra -putranya.
Ditahun 2025 ini, tepatnya pada rangkaian kegiatan Haul ke 33 KH. Moh. Sholeh Alumni Ponpes Attanwir Talun, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro akan kembali melangsungkan kegiatan sambung sanad dengan berziarah ke makam KH. Faqih dan KH. Abdul Djabbar kali ketiga, yang berada jalan raya Dukun, Desa Sembung Anyar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, setelah sebelumnya pada haul ke 31 dan 32 di tahun 2023 dan 2024 juga melaksanakan.
Penulis : Rozikin
Referensi : Diolah dari berbagai sumber