Eskalasi politik di Bojonegoro jelang helat pilkada 27 November mendatang semakin dinamis. Manuver partai politik untuk menjadi bagian dari kekuasaan semakin jelas “Tentu kami akan mendukung calon bupati yang berpotensi menang,” begitu dalih para pimpinan parpol kala menyerahkan rekomendasi dukungan kepada bacakada jagoannya.
Berdasarkan perhitungan politis, bakal calon yang berpotensi menang adalah adik kandung Mensesneg Pratikno yaitu Setyo Wahono yang berpasangan dengan Sekretaris Daerah Bojonegoro Nurul Azizah yang sedianya berangkat dari jalur independen dan telah berhasil mengumpulkan dukungan yang lolos verifikasi faktual sebanyak 74.540 suara memenuhi syarat.
Sontak gelombang dukungan dari parpol parpol besar pendukung pemerintah yang menamakan dirinya Koalisi Indonesia Maju, merubah peta politik di Bojonegoro.
Anna Muawanah sebagai penguas dengan kekuatan komplit, mulai kekuatan finansial, mesin partai hingga serombongan buzzer yang mampu mendongkrak citra untuk meruntuhkan nyali lawan politik semula ditengarai sebagai sosok kuat tak tertandingi.
Terlebih ketika hasrat perempuan yang juga calon incumbent ini untuk menjadi calon tunggal dengan hendak memborong semua partai yang ada di parlemen. Hampir semua pengamat politik lokal menjagokan Bu Anna akan kembali menduduki tahta di Bumi Malawati.
Tak rela suara rakyat hanya dipaket dalam lembaga parpol, Nurul Azizah yang masih menjabat sebagai Sekretaris Daerah, dengan didukung penuh keluarga yang dikenal dengan sebutan Doeloer Pitoe, memantapkan diri untuk maju sebagai calon bupati dari jalur independen. Rupanya ketegasan sikap Nurul Azizah melawan arogansi kekuasaan gayung bersambut dengan semangat rakyat Bojonegoro yang menghendaki perubahan.
Sesuai Surat Keputusan (SK) KPU Nomor 532 Tahun 2024 tentang Pedoman Teknis Pemenuhan Syarat Dukungan Pasangan Calon Perseorangan dalam Pilkada 2024. Maka pasangan bakal calon dari jalur independen harus mengumpulkan dukungan dalam bentuk surat pernyataan dengan dilampiri E-KTP sebanyak 6,5 persen dari jumlah DPT.