Studi Tiru Zaman Kolonial: Petualangan Kades Bojonegoro ke Lampung

oleh 95 Dilihat
oleh
(Ilustrasi by grok.com)

Damarinfo.com – Siapa sangka, konsep kunjungan kerja (kunker) atau studi banding sudah ada sejak zaman kolonial Belanda? Bukan sekadar istilah modern, kunker kala itu disebut sebagai excursie dalam laporan koran berbahasa Belanda, De Indische Courant (edisi 29 November 1940). Tujuannya adalah memperkenalkan program imigrasi—atau yang kini kita kenal sebagai transmigrasi—ke wilayah baru, seperti Lampung.

Awal Perjalanan yang Penuh Makna

Pada sebuah Rabu malam di tahun 1940, sebanyak 66 orang dari Keresidenan Bojonegoro, yang terdiri dari enam pegawai menengah Badan Binnenlands Bestuur (B.B.), sekitar 20 kepala desa (petunggul), dan 40 petani, berangkat dari Surabaya menuju Batavia (kini Jakarta) dengan kereta malam. Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan dengan kapal K.P.M. menuju Pelabuhan Timur (Oost-haven) di Lampung. Dari sana, rombongan akan menjelajahi kawasan kolonisasi yang menjadi tujuan transmigrasi.

Rombongan ini mewakili berbagai kecamatan di Bojonegoro, seperti:

  • Tambakrejo: 2 kepala desa, 1 sekretaris desa, dan 2 petani.

  • Padangan: 4 kepala desa, 1 sekretaris desa, dan 8 petani.

  • Ngoempak: 2 kepala desa dan 3 petani.

  • Bawerno: 2 kepala desa dan 1 petani.

  • Bojonegoro: 1 kepala desa dan 5 petani.

Perjalanan ini dipimpin oleh dua asisten wedana, yaitu Bapak Moekardi dari Sumberedjo dan Bapak R. Soerjosoekanto Koesoemo dari Ngasem, yang keduanya merupakan pejabat muda dari Badan B.B.

Baca Juga :   Virus Corona, Agenda Kunker Pimpinan Bersama Empat Komisi DPRD Bojonegoro Batal

Tantangan Transmigrasi di Bojonegoro

Mengapa perjalanan ini diadakan? Mengajak warga Bojonegoro untuk transmigrasi ke Lampung bukan perkara mudah. Faktor iklim yang keras dan budaya lokal yang kuat membuat banyak warga ragu meninggalkan kampung halaman. Kedua faktor ini sering kali saling berkaitan di wilayah yang saat itu masih tertinggal.

Koran De Indische Courant menulis,

“Deze excursie heeft dus in de eerste plaats de volle beteekenis van een studiereis, waarbij elke deelnemer in de gelegenheid wordt gesteld de juiste indrukken op te doen.”
(Artinya: Perjalanan ini dirancang sebagai studi lapangan, memberikan kesempatan kepada peserta untuk melihat langsung dan memahami potensi wilayah kolonisasi.)

Tujuan utama excursie ini adalah membuka mata para peserta—khususnya petani dan kepala desa—tentang peluang baru di Lampung. Mereka diajak untuk melihat bahwa tanah di wilayah kolonisasi jauh lebih subur dan layak huni dibandingkan lahan di Bojonegoro. Dengan bimbingan para wedana dan asisten wedana, rombongan diharapkan pulang dengan keyakinan bahwa transmigrasi adalah langkah menuju kehidupan yang lebih baik.

Baca Juga :   Pemkab Bojonegoro Alokasikan Rp. 51 miliar untuk Perjalan Dinas

Peran Pemimpin dan Harapan Pemerintah

Para pemimpin rombongan, seperti Bapak Moekardi dan Bapak Soerjosoekanto, memiliki tugas besar. Mereka harus memastikan warga desa yang sederhana ini memahami manfaat transmigrasi. Program imigrasi yang didukung pemerintah kolonial, lengkap dengan pengawasan dan fasilitas memadai, dijanjikan akan membuka peluang baru bagi para petani. Mulai dari lahan subur hingga dukungan infrastruktur, semua dirancang untuk meyakinkan mereka.

Perjalanan ini dijadwalkan berlangsung selama satu minggu. Tak hanya di Bojonegoro, wilayah lain seperti Madiun dan Kediri juga mengirim rombongan serupa, yang terdiri dari pejabat desa dan petani, untuk menjelajahi potensi kolonisasi.

Jejak Sejarah yang Menginspirasi

Kisah excursie ini bukan sekadar perjalanan biasa, melainkan cerminan upaya pemerintah kolonial untuk menggerakkan masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik. Meski dilakukan di era kolonial, semangatnya tak jauh berbeda dengan studi banding modern: melihat, belajar, dan menerapkan. Perjalanan ini menjadi bukti bahwa sejak dulu, kepala desa dan petani sudah diajak untuk berpikir visioner demi masa depan.

Penulis :Syafik

Sumber : De Indische Courant, edisi 29 November 1940, diunduh dari delpher.nl, diterjemahkan dengan grok.com