damarinfo.com – Jenderal Tak Terkalahkan. Khalid bin Walid adalah nama yang ditakuti musuh dan dihormati kawan. Ia lahir dari keluarga bangsawan Quraisy dan dikenal sebagai panglima perang yang tak pernah kalah dalam pertempuran. Awalnya, ia adalah musuh Islam dan berperan besar dalam mengalahkan kaum Muslimin di Perang Uhud. Namun, pada akhirnya, ia menjadi salah satu pejuang Islam paling berjasa.
Sebagaimana disebutkan dalam “Sirah Ibnu Hisyam”, Khalid masuk Islam setelah Perjanjian Hudaibiyah. Ia berkata, “Aku telah berpikir panjang. Tidak mungkin Muhammad ini pembohong. Aku yakin ia membawa kebenaran.” Akhirnya, ia pergi ke Madinah dan bersyahadat di hadapan Rasulullah ﷺ.
Rasulullah ﷺ menyambutnya dengan tangan terbuka dan berkata, “Aku telah mengetahui bahwa engkau memiliki kecerdasan. Aku berdoa agar Allah memberimu hidayah.”
Strategi Brilian di Perang Mu’tah
Kehebatan Khalid langsung diuji dalam Perang Mu’tah, ketika 3.000 pasukan Muslim harus menghadapi 200.000 pasukan Romawi. Dalam perang ini, tiga panglima Muslim gugur: Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah.
Sebagaimana diceritakan dalam “Kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah”, pasukan Muslim hampir kalah, tetapi Khalid mengambil alih komando. Dengan taktik cerdik, ia mengatur ulang formasi pasukan dan membuat musuh mengira bala bantuan Muslim telah datang. Akhirnya, ia berhasil membawa pasukan Muslim mundur dengan selamat, tanpa dikejar oleh pasukan Romawi.
Setelah mendengar tentang kemenangan tak terduga ini, Rasulullah ﷺ berkata, “Khalid adalah salah satu pedang Allah yang terhunus.” Sejak saat itu, ia dikenal sebagai “Saifullah” (Pedang Allah).
Mengguncang Imperium Persia dan Romawi
Setelah Rasulullah ﷺ wafat, Khalid berperan besar dalam penaklukan Persia dan Romawi. Ia mengalahkan pasukan Persia di Perang Al-Yamamah dan menghancurkan tentara Romawi dalam Pertempuran Yarmuk.
Seperti disebutkan dalam “Tarikh At-Tabari”, Khalid pernah berkata, “Aku telah menghadapi banyak peperangan. Tidak ada satu pun bagian dari tubuhku kecuali ada bekas luka akibat pedang, tombak, atau panah.” Namun, meskipun ia selalu berada di medan perang, takdir berkata lain: ia wafat di tempat tidurnya, bukan di medan pertempuran.
Kesedihan Khalid bin Walid
Ketika Khalifah Umar bin Khattab memimpin, ia memutuskan untuk mencopot Khalid dari jabatan panglima perang, bukan karena ketidakmampuan, tetapi untuk menghindari umat Islam bergantung pada satu orang pemimpin saja.
Khalid menerima keputusan itu dengan ikhlas, tetapi hatinya tetap pedih. Ia berkata, “Aku berjuang bukan karena Umar, tetapi karena Allah.” Setelah itu, ia menghabiskan sisa hidupnya dengan rendah hati dan jauh dari pusat kekuasaan.
Pelajaran dari Kisah Khalid bin Walid
- Kecerdasan strategi sangat penting dalam perjuangan. Khalid tidak hanya kuat, tetapi juga cerdas dalam menyusun taktik perang.
- Kesungguhan dalam mencari kebenaran. Awalnya ia musuh Islam, tetapi setelah menyadari kebenaran, ia menjadi pejuang Islam sejati.
- Ikhlas dalam berjuang. Meskipun kehilangan jabatannya, Khalid tetap taat kepada pemimpin dan tidak haus kekuasaan.
Khalid bin Walid adalah bukti bahwa Islam tidak hanya diperjuangkan dengan pedang, tetapi juga dengan kecerdasan dan keikhlasan.
Penulis : Syafik