Ketinggian Air Bendung Gerak Babat Masih Batas Siaga

oleh -14 Dilihat
Kepala Kepolisian Sektor Sekaran, AKP Anggono dan Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimca) Sekaran memantau ketinggian air di Sungai Bengawan Solo. Kamis 2-1-2020. Foto/Totok Martono

Kondisi Ketinggian air di Bendung Gerak Babat Barage Desa Kendal, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan dalam batas siaga. Pemantauan dilakukan setelah intensitas hujan belakangan ini meningkat.

Pihak Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimca) Sekaran terus memantau Sungai Bengawan Solo. Meluapnya Sungai Bengawan Solo, setidaknya bisa dilihat di Bendung Gerak Babat Barage di musim hujan mulai Desember 2019 lalu.“Ketinggian air Bengawan Solo di Babat Barage mencapai 5.19 meter atau masih di bawah siaga,” kata Kapolsek Sekaran AKP Anggono di Bendung Gerak Babat Barage, Kamis sore 2-1-2020.

Kapolsek melakukan koordinasi di kantor PJT Bendung gerak Babat Barage bersama personil kecamatan dan anggota Koramil Sekaran. Batas siaga sendiri yaitu hijau siaga I ketinggian air 6.50 meter. Kuning siaga II dengan ketinggian 7.00 meter dan merah siaga III dengan ketinggian 7.500 meter. “Saat ini kondisi bendung gerak masih hijau siaga,” imbuh Anggono.

Wilayah Kecamatan Sekaran sendiri menjadi lintasan Sungai Bengawan Solo sehingga rentan terjadinya banjir. Terdapat dua desa yang rawan banjir. Yaitu Desa Jugo dan Ngarum. “Di desa itu ada cekungan seperti mangkok,” kata Sekretaris Kecamatan Sekaran Alfian.

Baca Juga :   Bojonegoro Siaga Kebakaran Hutan dan Lahan

Meski demikian selama ini banjir tidak sampai menerjang pemukiman hanya menggenangi lahan pertanian. Selain dua desa itu, empat desa lainnya juga mendapat perhatian khusus karena berbatasan langsung dengan Sungai Bengawan Solo. Yaitu Desa Besur, Keting, Titik dan Kendal. “Ke empat desa itu terkatagori tanggap bencana. Selama ini sudah dilakukan pelatihan tanggap bencana,” imbuhnya.

Baca Juga :   Babat Optimalkan Agrobis di 21 Desa

Pihak Kecamatan Sekaran telah mengantisipasi jika terjadi banjir. Para kepala desa diminta untuk waspada akana bencana alam ini. Terutama jika sewaktu-waktu terjadi luapan banjir, diminta berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan. “Setidaknya untuk meminta bantuan logistik seperti gedhek, bongkotan, sak pasir dan sebagainya,” tandas Alfian.

Penulis : Totok Martono
Editor : Sujatmiko

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *