Kegemaran Membaca Tinggi, Tapi Literasi Masih Rendah: Bojonegoro Harus Berbenah

oleh 130 Dilihat
oleh
(ilustrasi. by canva pro)

Damarinfo.com – Kabupaten Bojonegoro menghadapi paradoks literasi. Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat kegemaran membaca masyarakat Bojonegoro mencapai 84,53, salah satu yang tertinggi di Jawa Timur dan berada di urutan ke-6. Namun, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Bojonegoro hanya 57,48, menempatkannya di urutan ke-27 dari 38 kabupaten/kota di provinsi ini.

Perbedaan mencolok ini mengindikasikan bahwa meskipun masyarakat Bojonegoro memiliki minat baca yang tinggi, infrastruktur pendukung literasi belum optimal.

Minat Tinggi, Tapi Fasilitas Masih Terbatas

Menurut data BPS dalam Buku Jawa Timur dalam Angka 2025, IPLM rata-rata di Jawa Timur adalah 78,6, dengan kota-kota besar seperti Surabaya (100), Madiun (96,53), dan Kediri (99,34) mencatat skor tertinggi.

Di sisi lain, kabupaten dengan IPLM rendah seperti Lumajang (29,04) dan Bangkalan (40,26) menghadapi tantangan besar dalam pengembangan literasi. Bojonegoro dengan skor 57,48 termasuk dalam kategori sedang, menunjukkan bahwa akses terhadap bahan bacaan, fasilitas literasi, serta program pendukung masih perlu ditingkatkan.

(Grafik tingkat skor pembangunan literasi masyarakat. Sumber buku Pedoman Pengukuran Indeks Literasi Masyarakat dari perpustakaan nasional)

Padahal, jika melihat data tingkat kegemaran membaca, Bojonegoro justru berada di atas rata-rata provinsi (77,15) dan lebih tinggi dibandingkan banyak daerah lainnya. Berdasarkan unsur penyusun tingkat kegemaran membaca, masyarakat Bojonegoro memiliki kebiasaan berikut:

  • Frekuensi membaca: 6 kali dalam seminggu
  • Durasi membaca: 1-2 jam per hari
  • Jumlah buku yang dibaca: 6 buku dalam tiga bulan
  • Frekuensi akses internet: 6 kali per minggu dengan durasi 2-3 jam per hari
Baca Juga :   Daya Beli Masyarakat Bojonegoro Rendah, Kondisi Ekonomi Belum Membaik.

Mengapa Ada Kesenjangan?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketimpangan antara kegemaran membaca dan IPLM di Bojonegoro:

  1. Kurangnya perpustakaan dan taman baca – Meskipun masyarakat tertarik membaca, mereka tidak selalu memiliki akses mudah ke buku dan fasilitas literasi berkualitas.
  2. Program literasi yang belum maksimal – Kegiatan literasi seperti komunitas baca, pelatihan literasi digital, dan festival buku masih terbatas dan belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
  3. Literasi digital yang belum berkembang pesat – Banyak warga sudah memiliki akses internet, tetapi pemanfaatannya untuk literasi digital masih minim.
  4. Ketimpangan antara desa dan kota – Warga di pusat kota Bojonegoro lebih mudah mendapatkan bahan bacaan dibandingkan masyarakat di kecamatan-kecamatan terpencil.

Solusi untuk Bojonegoro: Tingkatkan Infrastruktur Literasi

Untuk memastikan IPLM meningkat seiring dengan tingginya minat baca, Bojonegoro perlu segera mengambil langkah-langkah strategis:

  • Menambah perpustakaan dan taman baca di setiap kecamatan, termasuk di desa-desa terpencil.
  • Mengembangkan perpustakaan digital untuk memperluas akses bahan bacaan melalui teknologi.
  • Mengadakan lebih banyak program literasi berbasis komunitas agar masyarakat lebih aktif dalam budaya membaca.
  • Mendorong kolaborasi antara pemerintah daerah, sekolah, dan sektor swasta dalam pengembangan literasi.
  • Memanfaatkan CSR perusahaan lokal untuk mendukung fasilitas literasi.
Baca Juga :   Ada 14,74 persen Penduduk Bojonegoro Merantau. Kira-kira Kenapa ya?

Salah seorang tokoh literasi Jawa Timur Imam Muhlas mengatakan Bojonegoro perlu inovasi yang reliable dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mumpuni. Berupa Peraturan Daerah (Perda) yang berkaitan dengan literasi dan teknis jelas perbaikan angka buruk literasi di Bojonegoro. Terlebih dengan terbitnya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Permendesa PDT) Nomor 481/HKM.16.01/V/2024  yang mendukung Gerakan Literasi Desa, yang  mengaitkan pencairan dana desa harus ada program literasinya

“Literasi adalah ruang membangun pendidikan langsung di masyarakat, sehingga semuanya harus serius dalam pembangunan literasi” Kata Geka-panggilan akrabnya-

Bojonegoro Bisa Menjadi Pusat Literasi di Jatim

Dengan tingkat kegemaran membaca yang sudah tinggi, Bojonegoro sebenarnya memiliki potensi besar untuk menjadi daerah dengan budaya literasi yang kuat.

Namun, jika infrastruktur dan program literasi tidak diperbaiki, maka semangat membaca masyarakat tidak akan berkembang maksimal. Oleh karena itu, perlu ada upaya serius dari berbagai pihak untuk meningkatkan fasilitas dan akses literasi, agar Bojonegoro benar-benar menjadi daerah yang maju dalam bidang pendidikan dan literasi.

Penulis ; Syafik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *