Kajian Sor Keres Seri-5
Petani Sejahtera Negara jaya

oleh 44 Dilihat
oleh
(Sarif Usman/tengah/ saat hadir dalam Kajian Sor Keres, Selasa 5-7-2022. Foto : Syafik)

Bojonegoro,damarinfo.com –  Siang hari Selasa 5-7-2022, tidak menyurutkan para penghuni Sor Keres untuk hadir dalam Kajian Sor Keres. Setelah minggu lalu tidak menggelar kajian, untuk evaluasi internal, hari ini kembali menggelar diskusi ala warung kopi di bawah pohon keres di Warung Bu Tyo di Jalan Dr. Soeharso Kota Bojonegoro. Kali ini narasumbernya adalah Sarif Usman, penggiat dan pelaku pertanian di Bojonegoro yang menggerakan Petani Milenial di Bojonegoro. Kajian kali ini masih menyoal Pertanian dengan tema “Petani Sejahtera Negara Jaya”

Mas Arif-begitu biasa dipanggil- menjelaskan dengan runtut soal pertanian, dari mulai masalah pupuk, masalah harga panen dan juga biaya hidup yang harus ditanggung petani. Menurutnya persoalan utama petani adalah soal biaya hidup yang tidak lagi dapat ditanggung dari hasil pertanian.

“selama biaya hidup tidak bisa ditanggung dari hasil pertanian, permasalahan tidak akan selesai. Jadi apapun program pemerintah, seberapa besar pun dana digelontorkan, tidak akan menyelesaikan masalah utama petani” Kata pria yang juga pernah menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bojonegoro ini.

Lanjut Mas Arif, rata-rata lahan yang dimiliki petani khususnya di Bojonegoro kurang dari seperempat hektar, hasil panennya tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidup, apalagi selama ini para petani berhutang untuk menanam. Belum lagi jika melihat kondisi petani yang tidak punya sawah, dan mereka harus menggarap lahan milik orang lain. Melihat kondisi ini Mas Arif sudah mempelopori gerakan yang disebutnya dengan “Petani Berpengasilan Harian”. Caranya dengan menanam komoditi yang dapat dijual langsung ke pembeli yang merupakan kebutuhan harian, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian para petani.

Baca Juga :   Kajian Sor Keres Seri-7 Jengker Budaya, Sindir Dingklik dan Kambing Guling

“Jumlah petani dengan luas lahan dibawah seperempat hektar ini banyak, dan ini yang perlu menjadi perhatian” Kata Mas Arif

Mas Arif menambahkan bahwa petani tidak bisa dibiarkan sendiri, karena mereka sudah terlalu berat memikirkan kebutuhan hidupnya. Inovasi dan kreatifitas untuk meningkatkan pendapatan petani perlu dilakukan oleh kelompok lain yang peduli dengan petani. Salah satu inovasi yang perlu mendapatkan perlindungan dari pemerintah adalah pembuatan pupuk organik secara mandiri untuk menurunkan biaya produksi pertanian.  Apalagi ada kabar bahwa pemerintah akan mencabut subsidi pupuk, pasalnya jika subsidi pupuk dicabut, maka petani harus menyiapkan biaya untuk pupuk lima kali lipat.

Diskusipun berlangsung gayeng, semakin lama semakin banyak peserta yang datang, pelaku pertanian, mahasiswa, pendamping petani dan pemerhati masalah pertanian. Dan tidak disangka, di Bulan Juli yang seharusnya sudah masuk musim kemarau, siang itu hujan turun. Diskusipun berpindah kedalam warung.  Petani dari Desa Bakalan Moh. Nur Chozim menceritakan pengalaman bertaninya, beruntung Nur Chozim mempunyai lahan satu hektar dengan produksi padi mencapai 8 ton per musim tanam. Keuntungan yang didapat Nur Chozim mencapai 25 juta per panen.

Baca Juga :   Kajian Sor Keres Seri-6 Menyoal Kemiskinan Ekstrem di Bojonegoro

“yang penting harus diperhatikan bagi petani bukan hijaunya tanamanya atau hal-hal yang menyenangkan lainya tapi hasil panennya” Kata Nur Chozim.

Alham M Ubay yang saat ini sedang mendampingi para petani yang menggunakan lahan hutan melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pemberdayaan Kinerja Peduli Aset Negara (LSM PK PAN) menyampaikan bahwa masalah petani itu adalah pupuk dan sarana produksi tani lainya yang mahal dan kadang langka dan juga penjualan hasil pertanian.

“peran pemerintah sangat diharapkan disini, dengan adanya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dapat membeli hasil panen petani tersebut sehingga tidak harus menjual ke tengkulak yang harganya tidak menguntungkan untuk petani” Kata pria yang pernah berprofesi Jurnalis televisi nasional ini.

Diskusi yang sudah berlangsung 3 jam lebih itu pun harus berakhir, dengan ditutup dengan pernyataan oleh Mas Arif, bahwa peran pemerintah itu sangat diperlukan namun petani tetap harus mandiri agar tidak terlalu bergantung kepada pemerintah.

Penulis : Syafik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *