Damarinfo.com – Mencari kemuliaan melalui berbagai macam cara, bisa mencari melalui harta, pangkat dan kekuasaan. Ada juga yang mencarinya melalui ilmu dan amal. Semua kemuliaan yang diperoleh dengan cara tersebut bersifat sementara. Semua kemuliaan itu bisa rusak dan tidak abadi.
Dalam kajian rutin ahad pon kitab Al Hikam karangan Ibnu Athoillah oleh Ikatan Alumni Keluarga Ma’had Attanwir (IKAMI) yang berlangsung di Aula SMK Attanwir Pondok Pesantren Attanwir, dalam hikmah ke 97 menyebutkan :
اذا اَرَدتَ اَنْ يَكُونَ لكَ عِزًّ لاَ يَفْنىَ فَلاَ تَسْتَعِزَّنَّ بِعِزٍّ يُفـْنىٰ
Jika engkau ingin mendapatkan kemuliaan yang tidak punah/rusak, maka jangan membanggakan kemuliaan yang bisa rusak.
Sesuai yang di sampaikan KH. Rofiq Sahal salah satu dari tiga pembalah kitab, Kemuliaan yang abadi/tidak rusak hanya kemuliaan Allah, maka bergantunglah dengan Allah, sebab Allah kekal abadi dan tidak rusak. Adapun jika bergantung kepada kekayaan, kebangsaan, kedudukan, maka semua itu palsu dan akan rusak tidak kekal.
“Maka barang siapa bergantung pada suatu sebab yang tidak kekal, maka akan rusak bersama dengan rusaknya sebab/alat itu,” tuturnya.
Masih sesuai yang di sampaikan KH. Rofiq Sahal, ada seseorang datang kepada seorang Arif sambil menangis, maka ditanya oleh sang Arif: “Mengapa engkau menangis?” Jawabnya: “Karena Guruku telah mati.” Orang Arif itu berkata: “Mengapa engkau berguru pada orang yang bisa mati.”
“Ini orang Arif yang bertanya maka tidak seperti kita, sehingga dengan pertanyaan itu kita tidak boleh menangisi/menyesali apa yang sudah terjadi, karena semua sudah ketentuan Allah,” tandasnya.
Masih lanjutan dari keteranganya terkait kemuliaan yang abadi, jika menghendaki kemuliaan abadi, jauhilah segala sebab dan yakinlah dengan adanya sang Pencipta sebab. Pencipta sebab adalah Tuhan Yang Abadi sehingga ketergantunganmu kepada Allah menjadi sumber kemuliaan yg abadi. Jangan tertipu dengan kemuliaan yang fana, misalnya dengan menyandarkan diri pada sebab dan tidak menyadari siapa Penciptanya. Karena sebab itu fana, ketergantungan terhadap sebab menjadi sumber kemuliaan yang tidak abadi.
“Apabila kita merasa mulia karena Allah, kemuliaanmu akan abadi dan tak seorang pun yang mampu menghinakanmu,” pungkasnya.
Namun, jika mendapat kemuliaan dari selain Allah, seperti dari harta, kehormatan, dan kedudukan, dan merasa puas serta menjadikannya sandaran, lalu lalai dari Tuhanmu, maka tak ada keabadian bagi kemuliaan itu.
Penulis : Rozikin