Bojonegoro-Jamaah Sholat Jum’at di Masjid At Taqwa Jalan Teuku Umar, Jum’at 20-3-2020 diperiksa dengan menggunakan Thermalgun Thermometer untuk mengetahui suhu tubuh jamaah.
Menurut Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Bojonegoro Sholihin Jami’ pengecekan suhu tubuh ini untuk antisipasi penyebaran virus corona oleh petugas dari Rumah Sakit Aisyah Bojonegoro. Jumlah jamaah sholat jum’at di Masjid milik Muhammadiyah pada hari ini mencapai 900 orang jamaah.
“alhamdulilah semua sehat” Kata Pria yang Juga Ketua Panitera Pengadilan Agama Bojonegoro ini.
Lanjut Sholihin Jami’, sebelum sholat Jum’at tepatnya pukul 08.00 – 09.00 WIB dilakukan penyemprotan disinfektan oleh tim dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Selain itu Pengurus Masjid juga menyedikan cairan disinfektan di tempat wudhu.
Sebelumnya pihak panitia pengajian ahad Pagi Masjid At Taqwa juga meliburkan pengajian ahad pagi untuk ahad 22-Maret-2020 dalam rangka antisipasi penyebaran virus corona di Bojonegoro.
Sementara itu sholat jumat di Masjid Besar Darussalam Kota Bojonegoro berjalan seperti biasanya. Tidak ada tindakan khusus bagi para jamaah. Meski demikian pada hari kamis 19-3-2020 dilaksanakan penyemprotan disinfektan oleh Petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro.
DR. Nurul Huda yang bertugas sebagai Khotib menyampaikan kisah pada zaman sohabat Umar Bin Khotob pada saat menghadapi penyakit menular. Ketika Umar pergi ke Syam, setelah sampai di Saragh, pimpinan tentara datang menyambutnya. Antara lain terdapat Abu Ubaidah bin Jarrah dan para sahabat yang lain.
Mereka mengabarkan kepada Umar bahwa wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Umar pun menyuruh Ibnu Abbas untuk memanggil pendahulu dari orang-orang Muhajirin untuk bermusyawarah. Dalam musyawarah tersebut terdapat perbedaan pendapat, ada yang tetap meminta untuk masuk ke negeri Syam dan sebagian meminta untuk pulang. Umar pun meminta para pendahulu orang-orang Muhajirin untuk meninggalkan tempat musyawarah.
Berikutnya Umar memanggil orang-orang Anshor untuk bermusyawarah tentang permasalahan tersebut. ternyata orang-orang Anshor juga berbeda pendapat soal ini seperti orang-orang Muhajirin. Umar pun meminta mereka meninggalkan tempat Musyawarah.
Selanjutnya Umar memanggil para petinggi Quraisy, yang hijrah sebelum penaklukan Makkah. Ternyata mereka semuanya sependapat, tidak ada perbedaan yakni pulang kembali bersama rombongan dan tidak menghadapkan mereka kepada wabah ini. Lalu Umar menyerukan kepada rombongannya untuk bersiap-siap pulang pada keesokan harinya.
Kemudian Abu ‘Ubaidah bin Jarrah bertanya; “Apakah kita hendak lari dari takdir Allah?” Umar menjawab: ‘Mengapa kamu bertanya demikian hai Abu ‘Ubaidah?
Agaknya Umar tidak mau berdebat dengannya. Beliau menjawab: “Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah. Bagaimana pendapatmu, seandainya engkau mempunyai seekor unta, lalu engkau turun ke lembah yang mempunyai dua sisi. Yang satu subur dan yang lain tandus. Bukanlah jika engkau menggembalakannya di tempat yang subur, engkau menggembala dengan takdir Allah juga, dan jika engkau menggembala di tempat tandus engkau menggembala dengan takdir Allah?”
Di tengah perbincangan Umar dengan Abu Ubaidah tiba-tiba datang sahabat Nabi bernama Abdurrahman bin ‘Auf yang belum hadir karena suatu urusan. Lalu dia berkata: “Aku mengerti masalah ini. Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri.” Mendengar itu, akhirya Umar mengucapkan puji syukur kepada Allah, setelah itu beliau pergi.
Penulis : Syafik