Bojonegoro, damarinfo.com – Dengan APBD Rp8,6 triliun tahun 2023, Bojonegoro semestinya melaju di atas kabupaten tetangga. Namun, kenyataan berkata lain: peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2023 mandek di posisi ke-27 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Bahkan, dibandingkan Lamongan, Nganjuk, dan Madiun, Bojonegoro tertinggal jauh. Ada apa dengan pembangunan manusia di Bojonegoro?
IPM Bojonegoro dalam Angka
Selama empat tahun terakhir, angka IPM Bojonegoro terus naik:
- 2020: 70,18 (peringkat 26 di Jatim)
- 2021: 70,7 (peringkat 25 di Jatim)
- 2022: 71,15 (peringkat 27 di Jatim)
- 2023: 71,8 (peringkat 27 di Jatim)
Namun, peningkatan ini tidak cukup untuk mengangkat posisi Bojonegoro dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Timur.
Kabupaten/Kota dengan IPM Tertinggi di Jawa Timur
Tahun 2023, sepuluh besar kabupaten/kota dengan IPM tertinggi di Jawa Timur adalah:
- Kota Malang: 84,00
- Kota Surabaya: 83,99
- Kota Madiun : 83,71
- Kabupaten Sidoarjo: 81,88
- Kota Kediri: 80,97
- Kota Mojokerto : 80,9
- Kota Blitar: 80,78
- Kota Batu: 79,07
- Kabupaten Gresik: 78,44
- Kota Pasuruan: 78,3
Sementara Bojonegoro tertinggal jauh dibandingkan kabupaten/kota lain yang memiliki APBD lebih kecil.
Perbandingan dengan Kabupaten Tetangga
Berdasar informasi dari publikasi BPS Kabupaten Bojonegoro tentang Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bojonegoro tahun 2023. Di kawasan sekitar, Bojonegoro juga kalah bersaing:
- Kabupaten Lamongan: 75,29
- Kabupaten Nganjuk: 74,7
- Kabupaten Madiun: 74,02
- Kabupaten Ngawi: 73,28
- Kabupaten Tuban: 71,4
Hanya unggul dari Tuban, posisi ini menunjukkan urgensi peningkatan kualitas pembangunan manusia di Bojonegoro.

Faktor Penyebab IPM Rendah
- Umur Harapan Hidup (UHH)
UHH Bojonegoro lebih rendah dibandingkan Ngawi (75,1 tahun), Lamongan (74,86 tahun) dan Tuban (74,77 tahun). Rendahnya akses terhadap fasilitas kesehatan dan ketimpangan tenaga medis di kecamatan terpencil menjadi kendala utama. - Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Untuk HLS Kabupaten Bojonegoro pun kalah dari Kabupaten Lamongan (14,02 tahun), Kabupaten Madiun (13,23 tahun ) dan Kabupaten Nganjuk (13,17 tahun). Sementara untuk RLS kabupaten Bojonegoro di urutan ke lima, hanya unggul dari Kabupaten Tuban (7,4 tahun)Minimnya perguruan tinggi dan akses pendidikan menjadi tantangan besar.
- Pengeluaran Per Kapita yang Disesuaikan
Pengeluaran per kapita Bojonegoro paling rendah dibandingkan kabupaten tetangga:- Nganjuk: Rp 12,82 juta
- Madiun: Rp 12,25 juta
- Lamongan Rp. 12,01 Juta
- Ngawi: Rp11,89 juta
- Tuban Rp. 11,17 juta
- Bojonegoro: Rp10,77 juta
Dengan APBD sebesar Rp8,6 triliun pada 2023, Bojonegoro memiliki potensi besar untuk meningkatkan layanan publik, tetapi belum dioptimalkan sepenuhnya.
“Perhitungan UHH menyesuaikan hasil SP2020 Long Form,” Kata Kepala BPS Kabupaten Bojonegoro, Kiki Ferdiana,
Solusi yang Dapat Dilakukan
- Peningkatan Layanan Kesehatan: Pembangunan fasilitas kesehatan di kecamatan terpencil dan penambahan tenaga medis.
- Pengembangan Pendidikan: Membuka akses pendidikan tinggi di daerah terpencil dan memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi.
- Pemanfaatan APBD Secara Efektif: Meningkatkan alokasi untuk sektor kesehatan, pendidikan, dan ekonomi produktif.
Kesimpulan
Dengan APBD yang besar, Bojonegoro memiliki peluang untuk memperbaiki peringkat IPM. Langkah strategis dan efisien dari pemerintah daerah diharapkan dapat mengoptimalkan potensi ini untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Penulis : Syafik