Imam Al-Ghazali: Mencari Keikhlasan di 10 Hari Terakhir Ramadan

oleh 82 Dilihat
oleh
(Ilustras. by canva.com)

damarinfo.com – Bulan Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga waktu untuk memperbaiki hati dan memperdalam keikhlasan dalam ibadah. Salah satu ulama besar yang banyak membahas tentang keikhlasan dalam beribadah adalah Imam Al-Ghazali, seorang cendekiawan Islam dan sufi terkenal yang dikenal dengan karya monumentalnya, Ihya’ Ulumuddin.

Dalam kitabnya, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa keikhlasan adalah ruh dari setiap amal ibadah. Tanpa keikhlasan, ibadah yang kita lakukan bisa menjadi sia-sia. Beliau mengingatkan bahwa 10 hari terakhir Ramadan adalah momen terbaik untuk berlatih keikhlasan karena di dalamnya terdapat Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, beliau menulis:

“Sesungguhnya keikhlasan itu ibarat ruh bagi tubuh. Sebagaimana tubuh tidak dapat hidup tanpa ruh, demikian pula ibadah tidak bernilai tanpa keikhlasan.”

Keikhlasan dalam ibadah menjadi semakin penting di 10 malam terakhir Ramadan. Imam Al-Ghazali menekankan bahwa amal seseorang bisa tertolak jika dilakukan dengan riya’ (pamer) atau ingin mendapat pujian dari manusia. Oleh karena itu, beliau menyarankan agar dalam mencari Lailatul Qadar, seseorang tidak hanya berfokus pada jumlah ibadahnya, tetapi juga kualitas dan ketulusan hatinya dalam beribadah.

Baca Juga :   Hudzaifah bin Al-Yaman dan Misi Rahasia di Ramadhan

Salah satu cara melatih keikhlasan, menurut Imam Al-Ghazali, adalah dengan menyembunyikan amalan sebanyak mungkin. Dalam kitabnya, beliau menyebutkan bahwa para ulama salaf terdahulu banyak yang beribadah di malam hari tanpa sepengetahuan orang lain, bahkan ada yang menangis dalam sujudnya tanpa seorang pun yang tahu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar beribadah hanya untuk Allah, bukan untuk mendapatkan pujian manusia.

Imam Al-Ghazali juga menekankan pentingnya memperbanyak doa dan istighfar di 10 hari terakhir Ramadan. Salah satu doa yang beliau rekomendasikan adalah:

اللهم اجعل عملي كله صالحًا، واجعله لوجهك خالصًا، ولا تجعل لأحد فيه شيئًا
“Ya Allah, jadikanlah seluruh amalku baik, jadikanlah ia murni karena mengharap wajah-Mu, dan jangan jadikan di dalamnya ada bagian untuk selain-Mu.”

Selain doa, Imam Al-Ghazali juga mengajarkan bahwa Lailatul Qadar adalah malam penyucian hati. Oleh karena itu, ia menyarankan agar kita tidak hanya meningkatkan shalat dan membaca Al-Qur’an, tetapi juga merenungkan diri, memperbaiki niat, serta memohon ampunan Allah dengan penuh keikhlasan.

Baca Juga :   Abdullah bin Mas’ud – Sang Ahli Al-Qur’an

Dari kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa keikhlasan dalam beribadah adalah kunci utama meraih keberkahan Ramadan, terutama di 10 hari terakhir yang penuh rahmat ini. Dengan meneladani Imam Al-Ghazali, kita bisa lebih fokus dalam meningkatkan kualitas ibadah, bukan hanya kuantitasnya, serta memastikan bahwa setiap amalan yang kita lakukan benar-benar karena Allah.

Semoga kita semua dapat memanfaatkan malam-malam terakhir Ramadan ini untuk memurnikan hati, membersihkan niat, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh ketulusan

Penulis : Syafik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *