Bojonegoro-Harga rokok saat ini semakin mahal untuk semua jenis rokok, baik itu kretek, mild, rokok putih dan jenis lainya. Kenaikan harganya mulai dari Rp. 2 ribu – hingga Rp. 5 ribu.
Naiknya harga rokok dipicu oleh cukai rokok yang naik 23 persen. Bahkan, kenaikan itu telah ditetapkan pemerintah yang memberlakukan mulai 1 Januari 2020 silam.
Produk Djarum misalnya, untuk MLD dari Rp. 17 ribu naik ke harga Rp. 19 ribu. Rokok putih merk Ardath dari Rp. 19 Ribu saat ini harganya mencapai Rp. 23 ribu. Rokok Marlboro yang saat ini kalau beli di toko modern harganya Rp. 31 ribu.
Mahalnya harga rokok menyebabkan sejumlah perokok pindah ke vapor alias rokok eleketrik. Penyebabnya, dari segi harga relatif lebih murah. Meski untuk alat hisapnya atau vaponya pada awalnya mahal sesuai jenis dan merknya. Perhitungannya adalah beli vapornya Rp. 300 ribu, satu botol liquid (cairan) Rp. 65 ribu (untuk pemakaian satu minggu) atau Rp. 9 Ribu rupiah per hari, beli catrid atau coil (alat untuk memanaskan cairanya) Rp. 35 ribu per bulan atau seribu per hari, sehingga jika ditotal per hari hanya menghabiskan Rp. 10 ribu. Angka ini jauh lebih murah dibanding harga rokok biasa. “Ya lebih murah saja,” kata Sinyo,44, tahun, perokok yang sudah beralih ke vapor.
Menurut Sinyo, selain lebih hemat, vapor juga lebih sehat. Sinyo mendapatkan informasi tersebut melalui media online.
Perokok yang lain yang juga pindah ke Vapor adalah Anas, 40, tahun. Menurutnya pengakuan Anas, dirinya sudah pesan vapor melalui temanya. Sama dengan Sinyo, alasan pindah ke vapor karena lebih murah.
Seperti diketahui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menetapkan tarif baru cukai hasil tembakau (CHT). Yaitu sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 152/PMK.010/2019 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau. Harga cukai rokok yang naik 23 persen telah ditetapkan pemerintah dan berlaku mulai 1 Januari 2020 lalu.
Pilihan para perokok kini mulai terbelah, terutama setelah kenaikan harga cukai. Mereka ada yang tetap dengan merk rokok tertentu, pindah ke harga lebih murah atau menghisap rokok elektrik. “Saya tetap merokok, tetapi memilih yang lebih murah,” ujar Syafik, salah satu perokok asal Mojo, Kota Bojonegoro.
Penulis : Ais
Editor : Sujatmiko