Bojonegoro-Harga cabe di Kabupaten Lamongan dalam beberapa hari ini terus merangkak naik. Cuaca ekstrem yang berdampak pada banjir di persawahan yang ditanami cabe diduga jadi penyebab naiknya bumbu dapur berasa pedas ini.
Kenaikan harga cabe dikeluhkan para ibu rumah tangga dan pengusaha kecil. Pasalnya, harga cabe melonjak tinggi. Dari sebelumnya Rp sekitar Rp 30 ribu kini melonjak menjadi Rp 8 ribu perkilogram. Pantauan di sejumlah pasar seperti di Pasar Agrobis Babat, Pasar Sekaran, Pasar Sukodadi dan Pasar Pucuk, harga cabe naik drastis.
Begitu juga dengan di Bojonegoro, harga cabe merangkak naik. Misalnya cape rawit (pedas) dari harganya Rp 42 ribu perkilogram, kini naik menjadi Rp 60 ribu perkilogramnya. Cabe tampar/keriting harganya juga naik dari Rp 0 ribu perkilogramnya naik menjadi Rp 58 ribu perkilogramnya.”Naik, dalam satu pekan ini,” ujar Sri, pedagang sayuran di Kelurahan Klangon, Kecamatan Kota Bojonegoro,
Sementara itu di Babat Lamongan, pedagang sayuran juga mengeluh atas naiknya cabe. Menurut pedagang sayuran di Pasar Agrobis, Subakir, kenaikan sudah terasa padatiga hari terakhir.“Harga cabe memang naik. Karena harga kulakannya naik, para bakul ya terpaksa menaikkan harganya,” ujar pedagang cabe dipasar Agrobis Subakir, kepada damarinfo.com, selasa 7-1-2020.
Dirinya tidak tahu penyebab naiknya harga bumbu dapur tersebut. Diduga iniimbas dari cuaca ekstrem sehingga petani cabe banyak gagal panen. “Harga cabe jadi naik,” ujarnya lagi.
Pedagang bumbu di Pasar Sekaran Nur Ida mengeluh dengan naiknya harga cabe. Tentu ini berdampak pada penjualan yang menurun. “ Biasanya pada beli kiloan. Namun karena harga cabe naik, belinya jadi seprapatan. Bakulan jadi sepi,” ungkapnya.
Kenaikan harga cabe membawa dampak besar bagi para pedagang yang biasa menggunakan cabe untuk bumbu masakan. Seperti diakui Luluk pedagang Bakso di Pasar Moropelang. Dengan naiknya cabe dirinya harus mengeluarkan biaya ekstra. “Mau tidak mau harus tetap membeli cabe untuk bumbu bakso dan sambal bakso. Keuntungan jadi tipis,” ujarnya.
Keluhan senada disampaikan pengusaha camilan kemplang pedas ‘Muatuk’ Tiara Elok. “Naiknya harga cabe terasa berat karena bumbu kemplangnya memang harus pedas,” tutur Tiara.
Meski demikian dirinya tidak mengurangi takaran cabe pada camilan kemplangnya. “Cabenya ndak dikurangi karena kuatir ditinggal pelanggan. Biar untungnya minim tidak apa-apa,” ungkap Tiara sambil berharap pemerintah segera turun tangan agar harga cabe kembali normal.
Data di Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro, dari 28 kecamatan, ada sembilan kecamatan yang petaninya menanam cabe. Lahannya sekitar 500 hektare. Yaitu di Kecamatan Padangan, Kedewan, Kedungadem, Temayang, Dander, Kanor, Malo, Trucuk dan Kasiman.
Penulis : Totok Martono
Editor : Sujatmiko