Harapan Baru untuk Bojonegoro Bebas Kemiskinan

oleh 540 Dilihat
oleh
(Ilustrasi Kemiskinan)

damarinfo.com – Setiap pagi, Darmo bangun sebelum matahari terbit. Dengan sepeda ontelnya yang tua, ia menyusuri jalanan pedesaan di Bojonegoro, mencari siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Mengangkut barang, mencangkul tanah, hingga menjadi buruh serabutan—Darmo siap melakukan apa saja demi istri dan dua anaknya. Rumahnya sederhana, berdinding anyaman bambu, berlantai tanah, dan atap genting yang sering bocor ketika hujan.

Namun, Darmo bukan satu-satunya. Di Bojonegoro, masih ada ribuan orang yang hidup seperti dirinya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 147,33 ribu penduduk miskin pada Maret 2024, meskipun jumlah ini menurun dari 153,25 ribu jiwa setahun sebelumnya. Penurunan ini patut disyukuri, tetapi fakta bahwa hampir 12 persen penduduk Bojonegoro masih hidup di bawah garis kemiskinan mengingatkan kita bahwa perjuangan belum selesai.

Ironisnya, Bojonegoro adalah salah satu kabupaten terkaya di Indonesia, dengan APBD sebesar Rp8,7 triliun pada 2023, yang merupakan salah satu yang terbesar di Jawa Timur. Dengan potensi yang begitu besar, mengapa masih banyak Darmo-Darmo lain di kabupaten ini?

(Grafik Angka Kemiskinan Kabupaten Bojonegoro dan APBD Kabupaten Bojonegoro tahun 2002- 2023. Data diolah dari berbagai sumber. Grafik by : chatgpt.com)

Pemimpin Baru, Harapan Baru
Tanggal 27 November 2024, menjadi momen penting bagi Bojonegoro. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) menghasilkan pasangan pemimpin baru: Setyo Wahono dan Nurul Azizah. Mereka terpilih dengan mandat besar—89,34 persen suara rakyat. Harapan masyarakat kini bertumpu pada program-program yang mereka janjikan untuk membawa perubahan nyata, termasuk mengentaskan kemiskinan hingga ke akarnya.

Baca Juga :   Partai Golkar Usung Wahono - Nurul Sebagai Bacalon Bupati -Wakil Bupati Bojonegoro, Mitro'atin : Rekomendasi DPP Segera Turun

Mengapa Program Ini Masuk Akal?
Program-program yang diusung pemimpin baru ini terdengar menjanjikan. Tidak hanya sekadar retorika, tetapi memiliki langkah-langkah konkret yang bisa mengubah wajah kemiskinan di Bojonegoro. Mari kita lihat mengapa mereka masuk akal.

  1. Kesehatan untuk Semua, Tanpa Beban Biaya
    Darmo sering takut sakit karena biaya rumah sakit bisa menghancurkan tabungannya yang sedikit. Namun, program untuk memastikan kepesertaan JKN 100% dan penguatan Kartu Indonesia Sehat (KIS) bisa menjadi solusi. Tak hanya itu, pembangunan rumah sakit baru dan puskesmas unggulan akan menjamin akses kesehatan yang lebih baik, bahkan di desa terpencil. Dengan kesehatan yang terjamin, Darmo bisa tetap produktif tanpa cemas soal biaya.
  2. Wisata yang Menghidupkan Ekonomi Lokal
    Siapa sangka, keindahan alam dan sejarah Bojonegoro bisa menjadi motor penggerak ekonomi? Program seperti “Tour de Bojonegoro” dapat membuka peluang kerja di sektor pariwisata, dari pemandu wisata hingga pengrajin suvenir. UMKM lokal, seperti pembuat batik khas Bojonegoro, juga bisa mendapat panggung yang lebih besar. Jika Darmo tak lagi kuat bekerja sebagai buruh, mungkin ia bisa menjual hasil kerajinan tangan di pasar wisata.
  3. Infrastruktur untuk Membuka Peluang
    Bayangkan Darmo tidak perlu lagi mengayuh sepeda di jalanan berlubang yang membuat waktu tempuhnya jadi lebih lama. Program pembangunan jalan strategis, terutama yang menghubungkan desa ke pusat ekonomi, bisa mempercepat mobilitas masyarakat dan menekan biaya transportasi. Dengan konektivitas yang lebih baik, lapangan kerja baru pun akan terbuka.
  4. Digitalisasi dan Kemudahan Layanan Publik
    Darmo pernah frustrasi saat mengurus dokumen bantuan sosial karena birokrasi yang rumit. Namun, program digitalisasi layanan publik bisa memotong proses panjang itu. Sistem pengaduan #SapaBupati juga memberikan ruang bagi masyarakat seperti Darmo untuk menyampaikan keluh kesah langsung kepada pemimpin.
  5. Hilirisasi dan Pemberdayaan Ekonomi
    Dengan program hilirisasi produk lokal, hasil tani dan kerajinan Bojonegoro bisa bernilai lebih tinggi. Selain itu, pemberdayaan usaha perempuan akan memungkinkan istri Darmo memulai usaha kecil-kecilan yang bisa menambah penghasilan keluarga.
Baca Juga :   Temu Warga Muhammadiyah Bojonegoro, Mas Wahono: Kami Akan Menjadi Bupati dan Wakil Bupati untuk Semua

Bojonegoro yang Baru, Masa Depan yang Lebih Cerah
Program-program ini bukan sekadar janji. Jika dijalankan dengan sungguh-sungguh, dampaknya akan terasa nyata, mulai dari pengurangan beban hidup hingga terbukanya peluang-peluang baru. Penurunan angka kemiskinan dari 12,18% pada 2023 menjadi 11,69% pada 2024 adalah bukti bahwa perubahan bisa terjadi.

Namun, harapan saja tidak cukup. Kita, masyarakat Bojonegoro, harus mengawal pelaksanaan program ini agar benar-benar menyentuh mereka yang paling membutuhkan. Dengan APBD yang besar, potensi ekonomi yang melimpah, dan pemimpin yang punya visi, Bojonegoro memiliki peluang untuk mencatatkan sejarah baru: sebuah kabupaten tanpa kemiskinan.

Penulis : Syafik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *