Pakar Lingkungan Unigoro Siap Kawal Geopark Bojonegoro ke UNESCO Lewat Kolaborasi Riset

oleh 73 Dilihat
oleh
( Ketua LPPM Unigoro Laily Agustina R memaparkan hasil riset geosite Wonocolo di hadapan tim penilai geopark nasional, Rabu 11-6-2025. Wonocolo Bojonegoro. Foto : unigoro.ac.id)

Bojonegoro,damarinfo.com  — Kabar gembira datang di akhir Juni 2025. Dalam Surat Bappenas Nomor T-806/D.07/PP.04.08/06/2025 yang diterbitkan pada 30 Juni 2025, Geopark Nasional Bojonegoro resmi ditetapkan sebagai salah satu dari dua kandidat yang akan diusulkan Indonesia untuk meraih status UNESCO Global Geopark (UGGp) tahun 2026. Satu nama lainnya adalah Geopark Ranah Minang Silokek dari Sumatera Barat.

Namun jangan buru-buru merayakan. Keputusan ini belum final. Masih ada satu tahapan penting yang akan menentukan apakah Bojonegoro benar-benar akan masuk dalam jejaring geopark dunia.

Nilai Cukup Tinggi, Tapi Belum Menjamin

Dalam seleksi nasional yang berlangsung sejak awal tahun, Geopark Bojonegoro meraih skor 81,30 dari 100, hanya kalah dari Silokek yang memperoleh 86,35. Sementara satu peserta lainnya, Geopark Ngarai Sianok-Maninjau, mencatatkan 78,57.

Penilaian ini didasarkan pada sembilan kriteria, termasuk warisan geologi, kelembagaan pengelola, edukasi, dan konservasi. Hasil ini menandakan bahwa Bojonegoro memiliki potensi kuat, tapi masih butuh banyak perbaikan sebelum siap diverifikasi oleh UNESCO.

Baca Juga :   Digitalisasi Pelayanan Publik Bojonegoro: Quick Win Bupati Setyo Wahono, Unigoro Dorong Optimalisasi

Komentar Pakar: Ada Harapan, Tapi Tugas Belum Selesai

Salah satu pendamping lapangan tim asesor Kementerian ESDM, Dr. Laily Agustina R. dari Universitas Bojonegoro (Unigoro), menyambut baik hasil ini, namun tetap memberikan catatan penting.

“Alhamdulillah, saya turut bangga atas pencapaian ini. Tapi ini bukan keputusan final. Pemerintah dan pengelola harus kerja cepat dan tepat untuk menghadapi penilaian UNESCO Juli 2026,” ujarnya.

Menurutnya, selama proses revalidasi lapangan, banyak masukan positif dari asesor yang bisa jadi bekal penguatan ke depan. Bahkan, para asesor menyatakan terkesan dengan potensi lapangan yang tidak tertulis di dokumen.

Deadline Melekat, Risiko Mengintai

Jika Geopark Bojonegoro gagal dalam proses akhir ini, Indonesia berisiko kehilangan kuota pengajuan geopark tahun berikutnya. Artinya, beban moral keberhasilan ini bukan hanya milik Bojonegoro, tapi juga tanggung jawab nasional.

Baca Juga :   BPS Bojonegoro Permudah akses Data di Pojok Statistik Unigoro

PR Besar: Infrastruktur dan Riset Kolaboratif

Masukan terbesar dari asesor adalah soal infrastruktur dan dukungan riset. Banyak situs geologi, hayati, dan budaya yang perlu dijustifikasi secara ilmiah.

“Ini jadi ruang besar bagi kampus dan peneliti lokal untuk berkontribusi. UGGp bukan kerja pemerintah saja, tapi kerja bersama seluruh elemen masyarakat,” tegas Dr. Laily.

Dari Kebanggaan Menuju Tanggung Jawab

Geopark Bojonegoro sudah di jalur yang benar, tapi waktu menuju UNESCO tinggal hitungan bulan. Ada dossier yang harus disusun, infrastruktur yang dibenahi, dan komitmen lintas sektor yang harus digerakkan.

Status UGGp bukan sekadar gelar, tapi bukti bahwa Bojonegoro bisa menjaga warisan bumi, budaya, dan masa depan secara berkelanjutan. Selangkah lagi, tapi langkah itu harus cepat, tepat, dan kompak.

Penulis : Syafik