Program GAYATRI Bojonegoro Berhasil Tingkatkan Pendapatan Warga

oleh 44 Dilihat
oleh
(Wakil Bupati Bojonegoro Nurul Azizah melihat kandang dan ayam program gayatri, pendodpo malowopati Pemkab Bojonegoro, Rabu, 1-9-2025. Foto : bagian prokopim)

GAYATRI Bojonegoro Tunjukkan Hasil Positif

Program Gerakan Beternak Ayam Petelur Mandiri (GAYATRI) yang diinisiasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro menunjukkan perkembangan menggembirakan. Mayoritas keluarga penerima manfaat (KPM) kini telah menikmati hasil produksi telur dari ayam yang mereka pelihara.

Sekretaris Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro, Elfia Nuraini, menjelaskan bahwa melalui APBD induk, program GAYATRI telah menyasar 400 KPM di lima kecamatan dan sepuluh desa.

Menurutnya, sebanyak 70% hingga 90% ayam petelur sudah mulai memproduksi telur, sementara tingkat kematian ternak sangat rendah, hanya sekitar 2%.

Produksi Telur Naik, Pendapatan Warga Ikut Meningkat

Dinas Peternakan dan Perikanan telah melakukan sampling di dua lokasi, yaitu Desa Turi, Kecamatan Tambakrejo, dan Desa Klino, Kecamatan Sekar. Dari hasil uji tersebut, rata-rata keuntungan harian peternak mencapai Rp22.500.

“Perhitungan ini berdasarkan asumsi peternak membeli pakan mandiri seharga Rp7.500 per kilogram, dengan produksi telur harian sekitar 2,7 hingga 2,8 kilogram dan harga jual antara Rp24.000 hingga Rp25.000 per kilogram,” jelas Elfia.

Secara umum, analisis usaha menunjukkan keuntungan bulanan antara Rp514.200 hingga Rp739.200.

“Keuntungan ini diharapkan dapat menambah pendapatan keluarga rentan sehingga mereka dapat keluar dari data kemiskinan,” harap Elfia.

Tantangan Pakan dan Pendampingan Peternak

Meskipun hasilnya positif, evaluasi lapangan menunjukkan adanya penurunan produksi telur di beberapa lokasi. Kondisi ini terjadi karena sebagian peternak mencampur pakan dengan jagung secara tidak proporsional, sehingga kandungan nutrisinya menurun.

“Pendampingan intensif dari petugas sangat penting untuk memastikan kualitas pakan dan hasil produksi tetap optimal,” ujar Elfia.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Disnakkan mendorong self-mixing pakan berkelompok agar para peternak bisa membuat pakan sendiri melalui koperasi atau BUMDes. Bojonegoro memiliki potensi besar karena merupakan daerah penghasil jagung dan padi, dua bahan utama pakan ayam.

Baca Juga :   Anggaran Kecil, Harapan Besar: APBD Perubahan Bojonegoro 2025 dan Tantangan Atasi Kemiskinan

Selain itu, penggunaan rempah-rempah alami juga mulai diterapkan. Rempah dicampurkan ke dalam pakan atau air minum untuk meningkatkan daya tahan ayam terhadap penyakit dan mengurangi bau kotoran.

Pemasaran Mandiri dan Dukungan Pemerintah

Disnakkan Bojonegoro mendorong peternak untuk menjual telur secara langsung ke konsumen, warung, atau melalui platform daring (online) agar memperoleh harga jual yang lebih tinggi.

Baca Juga :   Pemprov Jatim Kucurkan BKK Rp 2,1 Miliar ke 19 Desa Bojonegoro untuk Lawan Kemiskinan

Selain telur, para peternak juga dapat menjual kotoran ayam sebagai pupuk dengan harga Rp1.000 hingga Rp1.500 per kilogram.

Untuk memperluas akses pasar, Pemkab Bojonegoro menjalin kerja sama dengan BUMD Pangan, BUMDes, asosiasi, dan koperasi ternak guna mempermudah penjualan telur serta pembelian pakan dan bibit.

Sebagai bentuk dukungan nyata, pemerintah daerah juga mengeluarkan surat edaran kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) agar membeli telur dari program GAYATRI dengan slogan:

“Bangga beli telur GAYATRI, mergo telur kabeh dadi dulur.”

Komitmen Pemkab Bojonegoro Perluas Program GAYATRI

Program GAYATRI tidak hanya membantu warga meningkatkan ekonomi, tetapi juga menciptakan kemandirian dan keberlanjutan usaha peternakan.

Elfia menyampaikan bahwa Pemkab Bojonegoro berencana memperluas program ini secara signifikan melalui Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD).

“Perluasan GAYATRI menandakan komitmen kuat Pemkab Bojonegoro untuk terus memperluas jangkauan program pengentasan kemiskinan berbasis ternak mandiri,” pungkasnya.

Editor : Syafik

Sumber : bojonegorokab.go.id