Epidemi Corona, Omzet Jamu Tradisional Melonjak

oleh -
Sri Rahayu, melayani pembeli jamu tradisional racikannya, di kawasan Kamolan, Kecamatan/Kabupaten Blora, Kamis 19-3-2020. Semenjak adanya wabah virus korona, penjualan jamu meningkat.Foto/Ais

Blora- Merebaknya wabah virus korona menjadi berkah bagi pedagang jamu tradisional. Mereka mengaku jumlah pembeli meningkat. Mereka pun menyikapinya dengan menambah jumlah produksi namun dengan tidak menaikan harga jual.

Meningkatnya omzet penjualan jamu tradisional tidak terlepas dari anjuran pemerintah yang meminta masyarakat minum jamu berbahan empon-empon (rempah). Manfaatnya untuk menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona (Covid-19).

Sri Rahayu,35, tahun, salah seorang penjual jamu yang biasa mangkal di perempatan Kamolan, Kecamatan Blora menuturkan, sejak muncul wabah virus corona, jamu tradisional buatannya laris dibeli warga. Meski sebelumnya sudah memiliki pelanggan tetap, namun sejak sebulan terakhir, peminat jamu buatannya meningkat dibandingkan sebelumnya. ‘’Yang mau minum jamu jadi lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Ada yang diminum di tempat, ada yang pesan beberapa bungkus untuk keluarga,’’ ujarnya, pada Kamis 19-3-2020.

Hal itu dibuktikan dengan jumlah botol berisi ramuan jamu tradisional yang disediakan dalam waktu lebih kurang tiga jam selalu habis diburu pembeli. Dia memulai membuka lapak jamunya mulai pukul 05.30 WIB. Harga jamu tradisional yang dijual sangat terjangkau, yakni Rp 2.000 per gelas. ‘’Biasanya tidak sampai 10 botol, namun sekarang saya sediakan 20 botol ramuan jamu tradisional. Seperti kunir asam, temulawak, jahe, sirih dan beras kencur. Pembeli bisa memilih sesuai yang diminati,’’ tandasnya.

Baca Juga :   Sekaran Sosialisasi Bahaya Virus Corona ke Desa-Desa

Sri Rahayu mengaku tidak kesulitan mendapat bahan baku jamu. Bahan bakunya dibelinya dari petani di desa-desa. Meneruskan profesinya ibunya yang juga pedagang jamu keliling, Sri Rahayu mengaku baru kali ini jumlah pembeli sedemikian banyak. ‘’Sudah lebih dari 13 tahun saya jualan jamu. Baru kali ini masyarakat antusias mengonsumsi jamu,’’ tandasnya.

Menjadi pengusaha dan penjual jamu tradisional, bagi Sri Rahayu, tidak hanya sekadar meneruskan usaha yang dirintis oleh orang tuanya dari Wonogori, namun lebih sebagai mata pencaharian untuk menopang hidup dan kebutuhan ekonomi keluarganya. ‘’Suami saya sudah meninggal tahun 2015. Jadi saya harus bekerja keras untuk menghidupi diri sendiri dan anak saya yang sekarang ini sekolah di SD,” ungkapnya.

Baca Juga :   Tantangan Sekolah Adiwiyata Saat Pandemi Corona di Blora kian Berat

Meskipun belakangan jamu yang dijual laris, namun dirinya berharap agar virus corona tidak menyebar di Blora dan segera berakhir. Dia mengaku khawatir terkena virus yang belum ada obatnya itu. ‘’Semoga saja masalah virus korona itu segera bisa diatasi dan tidak semakin parah. Mari menjaga kesehatan, membiasakan cuci tangan pakai sabun dan minum jamu tradisional,’’ harapnya.

Teguh Rudianto, seorang peminat jamu tradisional asal Desa Jepangrejo, Kecamatan Blora mengatakan, sudah sejak lama mengkonsumsi jamu tradisional. Setidaknya, setiap dua hari sekali minum jamu tersebut. Namun semenjak ada wabah virus corona, setiap hari dirinya minum jamu. “Tentu dengan harapan daya tahan tubuh terjaga dengan baik dan terhindar dari penyakit yang disebabkan virus corona,’’ ujarnya.
Penulis : Ais
Editor : Sujatmiko

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *