Empat Desa di Bojonegoro ini Ingin Bebas Krisis Air Bersih di Musim Kemarau

oleh 851 Dilihat
oleh
Sosialisasi Program Peningkatan Akses Air Bersih dan Pengelolaan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Desa Jelu Kecamatan Ngasem, 21-5-2025

Bojonegoro, damarinfo.com – Permasalahan krisis air bersih saat musim kemarau di empat Desa Kecamatan Ngasem dan Gayam masih terus berupaya atasi krisis air di musim kemarau. Terutama air bersih untuk rumah tangga. Warga masih jauh dari kecukupan air bersih yang layak.

Empapt desa tersebut adalah Desa Tengger, Bareng, Jelu, dan Gayam. Setiap tahun menjadi langganan bantuan pengiriman tanki air bersih dari pemerintah dan swasta. Termasuk bantuan dari ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).

Bantuan tangki air tiap musim kemarau tidak menyelesaikan akar masalah. Bantuan ini pun tidak pasti dan tidak berkelanjutan.

Menjawab permasalahan tersebut, EMCL menggandeng PC Fatayat NU Bojonegoro menggelar Program Peningkatan Akses Air Bersih dan Pengelolaan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat. Mengawali program, tim Fatayat melakukan sosialisasi pada Rabu 21-Mei-2025 di masing-masing desa.

Baca Juga :   EMCL Bersama Fatayat NU Training Masyarakat Bojonegoro Kelola Air Bersih Berlanjutan

Hadir pada sosialisasi perwakilan EMCL, tim Fatayat NU sebagai mitra pendamping, pemerintah desa, perwakikan kecamatan dan masyarakat penerima manfaat.

Masing-masing kepala desa dalam sambutannya menyambut antusias adanya program ini, mengingat bertahun-tahun selalu mengalami kesulitan air bersih di beberapa wilayah saat kemarau. Diharapkan program dapat bermanfaat dan air bersih bisa merata, sehingga kebutuhan sanitasi masyarakat terpenuhi.

Perwakilan EMCL, Slamet Rijadi dalam sambutannya menyampaikan bahwa program ini merupakan komitmen EMCL dalam mendukung upaya pemerintah Kabupaten Bojonegoro.

“Ini merupakan kolaborasi agar program dapat berkelanjutan dan bermanfaat untuk warga,” ucapnya.

Baca Juga :   EMCL bersama PC Fatayat NU Bojonegoro, Gelar Pelatihan Timlak Program Peningkatan Infrastruktur Publik

Slamet juga menegaskan bahwa seluruh rangkaian dan tahapan program selalu melibatkan warga. Masyarakat terlibat aktif dan proaktif memastikan program tepat sasaran dan berkelanjutan.

“Pelibatan masyarakat merupakan unsur penting dalam keberlanjutan program, sehingga ada rasa kepemilikan yang kuat,” tegasnya.

Sementara itu, Nova Nevila selaku manajer program menjelaskan tahapan-tahapan kegiatan sesuai timeline hingga bulan Oktober 2025 nanti. Selain itu, disampaikan bahwa pelaksanaan program ini juga memerhatikan konservasi alam seperti biopori dan penghijauan.

“Mohon kerjasama dari pemdes dan masyarakat agar program dapat berjalan lancar berkelanjutan,” pintanya.

Dalam acara itu sekaligus dibentuk tim pelaksana program masing-masing desa. Kemudian dilanjut kegiatan survey lokasi pada titik-titik lokasi di hari berikutnya.