Damarinfo.com – Pemerintah telah meluncurkan berbagai program pengentasan kemiskinan, mulai dari pusat hingga desa. Namun, kenyataan di Bojonegoro berkata lain. Alih-alih menurun, jumlah rumah tangga miskin (RTM) justru naik di ratusan desa.
Data ini tercatat dalam Data Mandiri Masyarakat Miskin Daerah (Damisda), yang menyajikan informasi berbasis nama dan alamat atau by name by address. Damisda mulai digulirkan sejak 2022 dan menjadi rujukan dalam pemutakhiran data kemiskinan berbasis desa.
Meskipun secara total Kabupaten Bojonegoro mencatat penurunan RTM, 154 desa mengalami kenaikan jumlah rumah tangga miskin pada 2023. Sebanyak 64 desa tercatat stagnan, dan 211 desa berhasil menurunkan jumlah RTM.
Untuk tahun 2024 semakin banyak desa yang RTM nya naik yakni 169 desa, sementara 42 desa tercatat stagnan, dan 218 desa mengalami jumlah penurunan RTM.
Salah satu contoh paling mencolok datang dari Desa Padang, Kecamatan Trucuk. Tahun 2022, desa ini memiliki 222 rumah tangga miskin. Setahun kemudian, angka itu melonjak menjadi 393, lalu naik lagi menjadi 516 pada 2024. Dalam dua tahun, jumlah RTM di Padang meningkat lebih dari dua kali lipat.
Yang lebih mengejutkan, Desa Kapas, Kecamatan Kapas mencatat lonjakan paling tinggi. Tahun 2022, hanya ada 2 RTM. Namun pada 2023, jumlahnya melonjak menjadi 108 RTM, atau naik 5300 persen. Tahun 2024, jumlah itu turun menjadi 94 RTM, tetapi tetap menunjukkan peningkatan 700 persen dari dua tahun sebelumnya.
Berikut adalah 10 desa dengan kenaikan jumlah RTM tertinggi di Bojonegoro tahun 2024 versi Damisda, diunduh dari damisda.bojonegorokab.go.id pada 26 Maret 2025:

Tanda Tanya Besar: Ada Apa dengan Program Pengentasan Kemiskinan?
Fakta-fakta ini menimbulkan pertanyaan: mengapa jumlah rumah tangga miskin justru meningkat, meski program pengentasan kemiskinan telah dilaksanakan mulai dari tingkat pemerintah pusat hingga desa?
Apakah ada ketidaksesuaian data, program yang tidak tepat sasaran, ataukah pelaksanaannya yang tidak efektif?
Penulis: Syafik