Desa Bleboh Ingin Jadikan Makam Kalang Destinasi Wisata

oleh 120 Dilihat
MAKAM KUNO : Makam kuno Wong Kalang yang berada di kawasan hutan jati di Desa Bleboh, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora. Foto/Ais

Blora- Pemerintah Desa (Pemdes) Bleboh, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora mulai berbenah mewujudkan kawasan Gunung Pontang sebagai destinasi wisata edukasi budaya Wong Kalang.

Kepala Desa (Kades) Desa Bleboh Leles Budiyanto mengatakan, pihaknya memberdayakan masyarakat dengan melibatkan relawan budaya Desa Bleboh untuk menata lokasi situs makam kuno Wong Kalang yang berada di kawasan Perhutani petak 23C RPH Bleboh BKPH Nanas, KPH Cepu. ‘’Kawasan itu disebut orang sini dengan nama Gunung Pontang karena lokasinya seperti gundukan gunungan, meskipun sebenarnya itu adalah bukit,’’ ujar Leles Budiyanto, Jumat 30-10-2020.

Menurutnya, Pemdes Bleboh memproyeksikan lokasi itu menjadi destinasi wisata. Sehingga diharapkan bisa menopang pengembangan budaya setempat dan mendukung pendapatan asli desa (PAD) Desa Bleboh. ‘’Pemdes merencanakan lokasi tersebut dijadikan obyek wisata budaya yang lebih tertata dan terkonsep. Pengelolaan cagar budaya serta pengembangannya nanti melalui BUMDes. Di 2021 Insyaallah bisa kami anggarkan dana melalui dana desa,’’ tandas Leles Budiyanto.

Leles menyatakan telah mengagendakan para relawan budaya setempat untuk membuat gazebo sebagai tempat istirahat di lokasi Gunung Pontang. Dia mengungkapkan, telah berkoordinasi dengan asper dan mantri Perhutani BKPH setempat yang hasilnya disepakati bersedia membantu pengelolaan situs. Sedangkan dari Pemkab Blora, kata Leles, juga berkomitmen mendukung dan sudah beberapa kali melakukan kunjungan ke lokasi. “Hari Minggu (25/10) kemarin dari Dinporabudpar Blora serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah datang ke Bleboh.

Pak Mantri saya undang, relawan juga saya undang. Di situ kita bahas hal-hal pengembangan, pembangunan dan pengelolaan yang ada di situs ini. Alhamdulillah semuanya mendukung,’’ ungkapnya.

Sedangkan untuk jalan akses, kata kades,  akan diperbaiki secara bertahap. Sebab, untuk pengembangannya butuh penganggaran yang tidak sedikit. Pengalokasian anggarannya dimungkinkan dari dana desa ataupun bantuan dari pemerintah daerah.

Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan (Dinporabudpar) Blora Slamet Pamuji menyatakan, makam kuno Wong Kalang semaksimal mungkin dipertahankan keasliannya karena merupakan cagar budaya. ‘’Kalau kawasan lingkungannya dimungkinkan bisa direnovasi. Tetapi untuk makam sendiri semaksimal mungkin dipertahankan sebagai cagar budaya,’’ ujarnya.

Di situs Bleboh sendiri terdapat 23 makam kuno Wong Kalang. Delapan di antaranya telah ditemukan sejak sepuluh tahun lalu. Sedangkan 15 makam ditemukan baru baru ini. Terkait asal usul Wong Kalang, ada yang menyebut mereka adalah sub masyarakat Jawa yang tinggal di hutan. Wong Kalang diklaim sudah ada sebelum masuknya agama Hindu-Buddha. Namun, ada juga yang mengatakan Wong Kalang merupakan orang-orang Bali yang didatangkan ke Jawa pada zaman Kerajaan Mataram untuk membantu pembuatan persenjataan. Wong Kalang dikenal ahli dalam pembuatan benda-benda berbahan logam dan besi.

Satu hal yang menjadi ciri mereka, yakni memakamkan orang meninggal beserta harta benda.  Makam Wong Kalang bercirikan membujur dari barat  ke timur yang biasanya ada batu sebagai penanda di makam tersebut. Sehingga, makam Wong Kalang merupakan cagar budaya yang harus dilindungi.

Kawasan situs Bleboh sendiri terletak di pegunungan Kendeng Utara KPH Perhutani Cepu atau berjarak sekitar 27 kilometer dari pusat kota Blora. Selain di Blora, makam Wong Kalang juga ada di sejumlah kabupaten lainnya di sekitar Blora. Di antaranya di Kabupaten Tuban dan Bojonegoro serta di Kabupaten Grobogan.

Menurut Kamituwo Dusun Bendo Desa Bleboh, Ngatmiyanto, lokasi situs Bleboh dikenal sebagai tapaan. Beberapa benda peninggalan Wong Kalang kerap ditemukan warga seperti sabit, golok, mata tombak dan pangot. ‘’Penemuan itu diserahkan kepada saya dan saya laporkan ke Dinporabudpar. Sebagian masih saya rawat untuk dibuatkan wrangka (wadah),’’ ungkapnya.

Penulis   : Ais