damarinfo.com – Sejak awal abad ke-20, Hindia Belanda terus melakukan reorganisasi wilayah untuk memperkuat kontrol atas wilayah-wilayah strategis di Nusantara. Pada masa itu, Jawa menjadi pusat penting karena sumber daya alam dan potensi ekonominya.
Namun, sistem administrasi yang kompleks seringkali menjadi kendala dalam koordinasi antar daerah. Oleh karena itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, de Graeff , mengeluarkan Keputusan No. 145/1928 yang bertujuan untuk merevisi batas-batas administratif di Jawa Timur.
Pada tahun 1928, pemerintah Hindia Belanda meluncurkan perubahan besar dalam sistem administrasi daerah di wilayah Jawa. Salah satu perubahan yang paling signifikan adalah pemindahan beberapa kabupaten dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Tidak sedikit masyarakat yang bertanya, kapan sebenarnya Bojonegoro dan Tuban berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur ? Jawabannya terletak di masa kolonial Belanda, tepatnya pada tahun 1928 , ketika pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Keputusan No. 145/1928 tentang reorganisasi wilayah administratif di Jawa.
Sebelum perubahan ini, Bojonegoro dan Tuban termasuk dalam Karesidenan Rembang , yang berada di bawah naungan Jawa Tengah . Namun, melalui keputusan tersebut, kedua kabupaten ini secara resmi dipindahkan ke Provinsi Jawa Timur , menjadi bagian dari Residensi Bojonegoro .
Latar Belakang Perubahan Wilayah
Perubahan ini tidak terjadi begitu saja. Pemerintah Hindia Belanda saat itu tengah berusaha menyederhanakan struktur birokrasi dan meningkatkan efisiensi pengelolaan daerah-daerah di pulau Jawa.
Beberapa pertimbangan utama:
- Faktor geografis : Letak Bojonegoro dan Tuban lebih dekat dengan Surabaya dan wilayah utara Jawa Timur .
- Aksesibilitas : Jalur transportasi dan komunikasi antara Bojonegoro-Tuban dengan Surabaya dinilai lebih baik dibandingkan dengan Semarang atau Salatiga di Jawa Tengah .
- Efisiensi administrasi : Dengan pemindahan ini, koordinasi antar daerah bisa lebih cepat dan terpadu.
Tanggal Efektif: 1 Juli 1928
Menurut Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indië van 19 Mei 1928 (No. Lx) , seluruh perubahan administratif ini mulai diberlakukan pada 1 Juli 1928 . Sejak tanggal itulah, Bojonegoro dan Tuban secara resmi menjadi bagian dari Provinsi Jawa Timur .
Data Penduduk dan Luas Wilayah
Berikut adalah data penduduk dan luas wilayah Bojonegoro dan Tuban pada saat perubahan dilakukan:
Data ini menunjukkan bahwa Bojonegoro memiliki luas wilayah yang lebih besar dibandingkan Tuban, namun kepadatan penduduknya relatif lebih rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh karakteristik wilayah Bojonegoro yang lebih padang pasir dan kurang padat daripada Tuban.
Efek Perubahan Wilayah
Perubahan wilayah ini memiliki dampak signifikan bagi Bojonegoro dan Tuban, baik dari segi administrasi maupun pembangunan:
- Administrasi Baru : Setelah pemindahan, Bojonegoro dan Tuban langsung diatur oleh Residensi Bojonegoro , yang berpusat di Kota Bojonegoro. Ini berarti mereka mendapatkan akses lebih mudah ke ibu kota Jawa Timur, Surabaya, untuk urusan pemerintahan.
- Alokasi Anggaran : Dengan bergabungnya Bojonegoro dan Tuban ke Jawa Timur, kedua kabupaten ini mendapatkan prioritas dalam alokasi anggaran untuk proyek-proyek infrastruktur, seperti jalan raya, sekolah, dan fasilitas kesehatan.
- Pembangunan Ekonomi : Pemindahan ini membuka peluang kerja sama ekonomi yang lebih erat dengan wilayah utara Jawa Timur, seperti Surabaya dan Sidoarjo, yang telah menjadi pusat industri dan perdagangan.
Perubahan wilayah administrasi pada tahun 1928 menjadi tonggak penting dalam sejarah Jawa Timur. Pemindahan Bojonegoro dan Tuban dari Jawa Tengah ke Jawa Timur bukan hanya soal batas geografis, tetapi juga refleksi upaya kolonial untuk memperkuat kontrol dan meningkatkan efisiensi pemerintahan. Meskipun dilakukan dalam konteks kolonial, perubahan ini memberikan fondasi bagi pembangunan daerah di masa depan.
Hingga saat ini, Bojonegoro dan Tuban tetap menjadi bagian integral dari Provinsi Jawa Timur, dengan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial di wilayah tersebut.
Penulis : Syafik
Sumber : (Staatsblad van Nederlandsch-Indië 1928 No. 145, diunduh dari delpher.nl. Diterjemahkan dengan chat.qwen.ai)