Waktu awal kuliah di Surabaya tahun 1992, saya ditanya senior saya, “Kamu dari mana?” saya jawab “Bojonegoro” ternyata ada pertanyaan lanjutan “Bojonegoro itu di mana, terkenalnya apa?” saya pun tidak bisa menjawab, karena memang tidak ada yang terkenal dari Bojonegoro waktu itu, selain banjir.
Dan sampai 31 tahun berselang identitas Bojonegoro pun belum jelas, sebagai Kota Apa? Apa yang menjadi ciri khas kota Bojonegoro sebagai sebuah identitas sebuah kota, seperti kota-kota lain. Sebut saja Ponorogo dengan Kota Reog, Yogyakarta dengan Kota Budaya dan Pendidikan, Batu sebagai Kota Wisata, Bandung sebagai Paris Van Java dan kota-kota lain.
Identitas seperti itu disebut sebagai City Branding (Citra Kota) sebagai positioning jati diri sebuah kota. City branding dapat diartikan proses membangun citra dan identitas positif suatu kota atau daerah untuk menarik perhatian wisatawan, investor, dan penduduk baru.
City branding memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian sebuah daerah. Di antaranya dari sektor pariwisata City branding yang berhasil dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke daerah tersebut. Wisatawan akan menghabiskan uang untuk akomodasi, makanan, transportasi, dan berbagai aktivitas wisata lainnya.
Pun dari Sisi Investasi, dapat menarik minat investor untuk berinvestasi di daerah tersebut. Investor akan melihat potensi pertumbuhan ekonomi, infrastruktur yang baik, dan lingkungan bisnis yang kondusif.
City branding yang sukses juga dapat memberikan dampak positif pada kualitas hidup penduduk setempat. Yakni dapat meningkatkan kebanggaan masyarakat terhadap daerah mereka, meningkatkan kepercayaan diri, dan menciptakan suasana yang positif. Hal ini dapat mendorong penduduk setempat untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan ekonomi lokal dan membelanjakan uang mereka di daerah tersebut