Bojonegoro: Si Anak Tengah yang Makin Percaya Diri

oleh 148 Dilihat
oleh
(Ilustrasi by Grok.com)

damarinfo.com – Di balik gegap gempita Surabaya dan geliat industri Gresik, ada satu kabupaten yang perlahan namun pasti menapaki tangga pertumbuhan ekonomi dengan langkah mantap—Kabupaten Bojonegoro. Bukan pemain utama, tapi jelas bukan figuran. Dalam panggung ekonomi Jawa Timur, Bojonegoro kini tampil sebagai aktor pendukung yang mulai mendapat lebih banyak porsi bicara.

Jika melihat pertumbuhan ekonomi dengan migas, Bojonegoro memang menjadi juru kunci di antara 38 kabupaten/kota di Jawa Timur dengan angka pertumbuhan hanya 1,67%. Namun ketika sektor migas dikeluarkan dari perhitungan, potret berbeda muncul: Bojonegoro berada di papan tengah, meskipun belum masuk jajaran 10 besar.

Tumbuh 4,98% per Tahun: Konsisten di Atas Angin

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, yang dirilis Jumat, 11 April 2025, mencatat bahwa dalam lima tahun terakhir (2020–2024), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB tanpa migas) Bojonegoro meningkat dari Rp28 triliun menjadi Rp34 triliun. Itu berarti lonjakan sebesar Rp6 triliun, atau rata-rata pertumbuhan tahunan 4,98%.

Angka ini konsisten lebih tinggi dari rata-rata nasional selama masa pandemi, dan hanya sedikit di bawah rerata Jawa Timur yang pada 2024 diperkirakan menyentuh 5,15%.

Dari Papan Tengah ke Menengah Atas

Pada 2024, posisi Bojonegoro melonjak ke peringkat ke-12 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Sebuah capaian yang menempatkan Bojonegoro dalam kategori daerah berkapasitas ekonomi menengah atas. Bojonegoro kini unggul dibandingkan tetangganya seperti Ngawi (Rp15,6 triliun), Magetan (Rp15,2 triliun), dan bahkan Lumajang (Rp25,9 triliun). Jika dibandingkan dengan kawasan timur Madura seperti Bangkalan, Pamekasan, dan Sampang yang masih di kisaran Rp13–14 triliun, posisi Bojonegoro tampak lebih menjanjikan.

Baca Juga :   Surat Redaksi Bojonegoro sedang “tidak baik-baik saja”

Tahun 2022 menjadi titik balik, saat pertumbuhan ekonomi tanpa migas Bojonegoro menyentuh 6,04%, jauh di atas rerata provinsi. Di saat banyak daerah masih terseok pasca pandemi, Bojonegoro justru tancap gas. Meski laju 2023 dan 2024 sedikit melambat—masing-masing di 5,17% dan 5,15%—trennya tetap positif dan stabil.

(Grafik Kontribusi dan Pertumbuhan Sektor Pertanian terhadap PDRB (non migas) Kabupaten Bojonegoro tahun 2021 – 2024. Data diolah. sumber data BPS Bojonegoro)

Kontribusi Masih Kecil, Tapi Efisien

Secara nominal, kontribusi Bojonegoro terhadap total PDRB Jawa Timur memang belum dominan—sekitar 1,8% dari Rp1.888 triliun total PDRB provinsi. Bandingkan dengan Surabaya (25%), atau Sidoarjo dan Gresik (di atas 5%). Tapi seperti kata pepatah: bukan seberapa besar piringmu, tapi bagaimana kamu mengisinya. Di sinilah letak kekuatan Bojonegoro.

Pertanian Masih Dominan, Tapi Mulai Melandai

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi penyumbang terbesar, sebesar Rp6,33 triliun pada 2024. Namun, sektor ini mulai stagnan. Bahkan sempat mengalami penurunan pada 2021 sebelum pulih perlahan. Ini menjadi sinyal penting bahwa sektor baru perlu mulai didorong.

Industri dan Perdagangan Jadi Motor Baru

Sektor industri pengolahan tumbuh pesat—dari Rp3,33 triliun pada 2020 menjadi Rp4,18 triliun di 2024, atau naik lebih dari 25%. Sementara itu, perdagangan besar dan eceran melonjak dari Rp4,64 triliun menjadi Rp5,94 triliun.

Dua sektor ini menjadi motor pertumbuhan baru yang menandai pergeseran struktur ekonomi Bojonegoro dari dominasi sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.

Baca Juga :   Jalannya Sudah Nglenyer, Lalu Apa?

Informasi dan Komunikasi: Si Pendiam yang Tangguh

Sektor informasi dan komunikasi tumbuh stabil—dari Rp4,33 triliun menjadi Rp5,48 triliun. Dengan rata-rata pertumbuhan lebih dari 6% per tahun, sektor ini menyimpan potensi besar untuk menggerakkan ekonomi digital, apalagi jika didukung talenta muda dan infrastruktur yang mumpuni.

Transportasi, Akomodasi, dan Jasa Sosial Ikut Tumbuh

Sektor transportasi naik dari Rp516 miliar menjadi Rp869 miliar—kenaikan sebesar 68%. Sementara sektor akomodasi dan makan-minum tumbuh dari Rp497 miliar ke Rp689 miliar, dan jasa kesehatan serta sosial dari Rp247 miliar ke Rp292 miliar. Ini mencerminkan efek pemulihan pascapandemi yang mulai terasa nyata di sektor jasa langsung.

Bojonegoro, Si Anak Tengah yang Siap Naik Kelas

Dari sisi makro dan mikro, Bojonegoro menunjukkan konsistensi pertumbuhan yang menjanjikan. Bukan hanya dari nilai total PDRB, tapi juga dari struktur ekonomi yang mulai lebih beragam dan sehat—tidak lagi terlalu bergantung pada migas atau sektor primer.

Yang dibutuhkan sekarang adalah keberanian kebijakan: mendorong transformasi industri, memperkuat sektor digital, dan membangun kualitas SDM. Jika semua itu dijalankan dengan cermat, maka posisi “anak tengah” ini bisa saja menjelma menjadi anak sulung di panggung ekonomi regional.

Dan jika itu terjadi, maka kisah Bojonegoro akan menjadi narasi inspiratif tentang bagaimana daerah bisa tumbuh—bukan karena limpahan sumber daya alam, melainkan karena visi jangka panjang, kerja keras, dan keberanian untuk berubah.

Penulis : Syafik

Sumber : Buku ” Produk Domestik Regional Bruto, Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun Menurut Lapangan Usaha tahun 2020 – 2024″ Volume 10,2025. BPS Jawa Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *