damarinfo.com – Jawa Timur, gudang padi Indonesia, menghasilkan 9,27 juta ton produksi padi pada 2024, menurut data resmi dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Angka ini mencengangkan, namun menyimpan paradoks: panen berlimpah tak selalu menjamin kemakmuran petani. Bojonegoro, dengan 710.527 ton padi, tampil sebagai bintang di antara 38 kabupaten/kota. Apa rahasia di balik produksi padi Bojonegoro? Bagaimana posisinya dibandingkan tetangganya—Lamongan, Ngawi, Tuban, dan Nganjuk? Mari kita jelajahi datanya.
Jawa Timur: Lumbung Padi Nasional
Jawa Timur menyumbang sekitar 17% dari total hasil panen padi nasional. Dari 38 kabupaten/kota, Lamongan memuncaki daftar dengan 776.290 ton, disusul Ngawi (765.703 ton) dan Bojonegoro (710.527 ton). Sebaliknya, kota-kota seperti Surabaya (7.340 ton) dan Batu (3.659 ton) hanya menyumbang sedikit karena lahan terbatas. Musim panen utama terjadi pada Maret-April, dengan puncak 1,32 juta ton di Maret dan 2,13 juta ton di April. Namun, di akhir tahun, produksi padi merosot tajam—Desember hanya mencatat 368.369 ton.
Data ini mencerminkan pola musiman yang kuat, dipengaruhi curah hujan dan irigasi. Hasil panen Jawa Timur fluktuatif, dengan puncak di musim hujan dan penurunan di musim kemarau. Di tengah dinamika ini, Bojonegoro menonjol dengan konsistensinya.
Bojonegoro: Pilar Panen yang Kokoh
Bojonegoro mencatat 710.527 ton produksi padi pada 2024, menempati posisi ketiga di Jawa Timur. Puncak panen terjadi di April dengan 179.810 ton, didukung aliran Sungai Bengawan Solo yang menyuburkan sawah. Dibandingkan kabupaten tetangga, Bojonegoro menunjukkan ketahanan produksi:
-
Lamongan: Memimpin dengan 776.290 ton, unggul di Maret (178.246 ton). Luas lahan dan irigasi yang baik jadi kunci keberhasilannya.
-
Ngawi: Total 765.703 ton, dengan puncak di April (129.355 ton). Ngawi menunjukkan pola produksi padi yang serupa, namun lebih fluktuatif di akhir tahun.
-
Tuban: Mencatat 523.067 ton, dengan hasil padi kuat di awal tahun (Januari: 45.786 ton, Februari: 48.067 ton), tapi melemah di paruh kedua.
-
Nganjuk: Total 404.975 ton, dengan puncak di Maret (94.036 ton). Produksi padi Nganjuk cenderung lebih rendah dan kurang stabil.
Menurut BPS, produktivitas padi Jawa Timur rata-rata 5,5 ton/ha, tetapi Bojonegoro mencapai 6 ton/ha di lahan irigasi teknis. Konsistensi Bojonegoro terlihat dari penurunan produksi padi yang lebih landai di Desember (17.375 ton) dibandingkan Nganjuk (13.059 ton) atau Tuban (4.970 ton).
Berikut adalah grafik yang membandingkan produksi padi tahunan Bojonegoro dengan kabupaten tetangga:

Grafik ini menunjukkan Bojonegoro di posisi ketiga, di bawah Lamongan dan Ngawi, tetapi jauh di atas Tuban dan Nganjuk, menggarisbawahi keunggulan produksi padi kabupaten ini.
Ritme Musiman dan Pola Produksi
Hasil panen padi di Jawa Timur sangat bergantung pada musim. Data BPS menunjukkan bahwa Maret dan April menyumbang 37% dari total produksi padi tahunan (3,45 juta ton dari 9,27 juta ton). Sebaliknya, November dan Desember hanya menyumbang 8,9% (830.838 ton). Bojonegoro mengikuti ritme ini, dengan 25% panennya (179.810 ton) di April, namun tetap menghasilkan output signifikan di bulan lain, seperti Juni (82.737 ton) dan Juli (72.779 ton).
Perbandingan dengan tetangga menunjukkan variasi pola. Lamongan dan Ngawi memiliki puncak panen yang lebih tajam di Maret-April, tetapi penurunan mereka di akhir tahun lebih drastis. Tuban unggul di awal tahun, sementara Nganjuk menunjukkan fluktuasi besar, dengan produksi padi rendah di Februari (10.439 ton) dan Oktober (15.992 ton). Bojonegoro, dengan irigasi dari Sungai Bengawan Solo, mampu menjaga hasil padi yang lebih stabil sepanjang tahun.
Refleksi: Apa Pesan dari Angka-Angka Ini?
Data produksi padi Jawa Timur, khususnya Bojonegoro, mencerminkan potensi pertanian yang luar biasa. Bojonegoro, bersama Lamongan dan Ngawi, menjadi tulang punggung lumbung padi provinsi ini. Namun, angka-angka ini juga mengungkap ketergantungan pada musim dan tantangan menjaga stabilitas panen. Seperti aliran Sungai Bengawan Solo yang tak pernah berhenti, produksi padi Bojonegoro mengajarkan kita tentang ketahanan di tengah dinamika alam. Apa makna angka-angka ini bagi masa depan pertanian kita? Bagaimana kita memastikan panen ini terus mengalir untuk generasi mendatang?
Penulis : Syafik
Sumber data : BPS Jawa Timur (https://jatim.bps.go.id/id/statistics-table/2/NTc5IzI=/produksi-padi-menurut-kabupaten-kota–ton-.html)